Nico melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap sedalam mungkin pada netra gadis belia yang duduk pada bibir ranjang, seraya memangku Alisa di atas pangkuannya.
"Lalu apakah aku harus mencari pengasuh baru lagi?" Nico menautkan kedua alisnya, membuat netra sipit itu semakin membuka penuh. Antara kesal dan ingin marah.
Beberapa detik Rahel membalas tatapan dalam Nico. Ada sesuatu yang berdebar di dalam dadanya. Sebuah harapan Nico akan mencegahnya terselip di relung hatinya.
"Apakah Tuan tidak ingin aku pergi?" lirih Rahel, sedetikpun netra Hazel itu sama sekali tidak berkedip.
Nico menghela nafas panjang. "Bukan begitu Rahel, hanya saja mencari pengasuh kan tidak mudah. Apalagi Alisa sudah sangat akrab sekali dengan kamu. Pasti Alisa butuh waktu, untuk menyesuaikan diri dengan pengasuh barunya," jelas Nico dengan nada lembut.