Abidjan mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang meninggalkan tempat terjadinya kecelakaan Reinard.
"Papa harus sabar... semuanya akan baik-baik saja, yang penting kita sama-sama membesarkan satu-satunya peninggalan Rei, yaitu Damar," Marcella menyunggingkan senyum berusaha menguatkan hati sang papa mertua.
"Terima kasih Nak, berkat kamu Papa tidak kehilangan sosok periang di keluarga ini," lirih Abidjan terus mengemudikan mobilnya.
Kali ini Abidjan tidak lagi menyembunyikan kesedihannya. Ia sudah bisa menangis lepas di hadapan semuanya.
"Menangislah Pa ... tenang saja, dengan menangis tidak akan sedikitpun mengurangi kewibawaanmu," Selina mengelus punggung suaminya yang sedang fokus mengemudikan mobilnya.
Hari ini adalah hari terpahit yang di rasakan oleh Marcella, dengan yang lainnya. Bagaimana mungkin sosok pria yang selalu menjadi pelindung baginya kini telah tiada. Terlalu banyak kenangan tersimpan dalam memorinya.