Riana sudah hampir Frustrasi berbagai cara telah dia lakukan untuk keluar dari dalam gudang itu. Tapi, berusaha hanya tinggal berusaha dia sudah lelah dengan semuanya. Tetap saja tidak ada orang yang membukakan pintu untuknya. "Tolong.... Tolong...," teriak Riana dengan suara pelan, dan hampir kehabisan suaranya. Namun, tetap saja orang di luar sana tidak ada yang mendengarnya. Karena gudang itu kedap suara. Ditambah lagi, pembantu di rumah itu sudah Rusni usir.
Sudah hampir tengah malam Riana terus berteriak-teriak walaupun tenggorokannya sudah terasa kering bak ranting di musim kemarau.
"Aku tidak mau mati konyol di sini, tolong ... siapapun di luar sana tolong aku," lirihnya mulai menangis. Riana sadar saat ini dia dalam keadaan yang tak baik-baik saja. Bisa saja nyawanya dalam ancaman sekarang.
