"Ayah ingin kamu menikah dengan Lea," ujar Rudolf.
Perkataannya itu, berhasil membuat kedua mata Vino terbelalak dengan sempurna. "Apa Ayah sedang mengigau? Atau sedang bergurau?"
"Ayah serius, Vino."
Spontan Vino tertawa dengan kencang. Ayahnya memang gemar sekali bergurau. Maka dari itu, ia menanggap kalau semuanya hanya sebuah candaan. Namun, saat itu Rudolf tidak menunjukkan ekpresi candaan. Wajahnya tampaj begitu serius sekali.
Vino menatap wajah ayah serta ibunya. Berulang kali ia melakukannya. Rahel hanya tersenyum tipis seraya menganggukkan kepala. Kembali Vino fokus pada ayahnya. Ia seperti tidak terima dengan kenyataan ini.
"Tapi, Yah. Aku sedang dekat dengan Ajeng. Ayah tahu itu bukan?" Vino memulai kembali pembicaraannya.
"Ayah tahu. Tapi, Ayah ingin kamu menikah dengan Lea."
Vino berdecih, "Aku tidak mau, Yah. Hatiku sudah terkunci hanya untuk Ajeng. Tidak mungkin jika aku menikah dengan wanita lain."
