"Maaf, Di. Aku nggak bisa jawab!"
"Kenapa? Kamu tau, kan? Aku orangnya sangat pelupa? Bilang aja, kamu pernah aku apain?" cecar Adinata.
Mengemudi sambil mengobrol sudah biasa untuk Adinata, namun ini adalah kali pertama Adinata mengobrol diselimuti kepanikan bersama seorang gadis.
"Ell, kita bahkan sudah terbiasa AKU KAMU, bukankah semestinya kamu harus lebih mendalami peran kamu?"
Ellera wajahnya memucat. "Sejauh ini belum terlihat? Ataukah sudah, tapi kamu malah bersikap acuh, seolah menang lotre? Haruskah aku turun sekarang? Jaga sikap kamu, Di!" ketus Ellera.
"Kamu paham, kan? Kata mendalami peran yang aku maksud? Jangan sampai salah mengartikan!"
"Kamu pikir, dengan kamu menyuruhku mendalami peran, kamu bisa bertingkah seenaknya? Iya? Sejauh ini, bahkan cukup lama semenjak awal pertemuan kita di cafe tepi laut kala itu! Eh bentar-bentar, gue nggak bisa marah pake AKU KAMU, sorry, Sayang! Gue izin LO GUE, ya? Biar dapet feel emosinya,"