Chereads / The Legend of Katakuri / Chapter 1 - Dibalik kehidupan peperangan Kerajaan.

The Legend of Katakuri

🇮🇩Dzaputra
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 6.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Dibalik kehidupan peperangan Kerajaan.

SERANG!

Semua orang telah mengangkat pedang, kalangan samurai, prajurit kerajaan, aliran aliran lainnya kini saling menjatuhkan, setelah hidup damai bertahun-tahun.

Peperangan terjadi dimana-mana, pembunuhan, perampokan merajalela dengan Mengataskan Kerajaan kegelapan Kokoro. yang dipimpin oleh Raja Akame No denki. Raja yang dulunya terkenal terpuji, baik dan adil, tapi sekarang dari 5 tahun terakhir dia telah menghianati perjanjian damai 5 negara yang telah dibangun oleh raja-raja sebelumnya.

Bahkan dahulu kala kerajaan Kokoro adalah salah satu kerajaan yang raja-rajanya dapat diandalkan keputusannya jika adalah salah seorang Raja dari 4 kerajaan lainnya berselisih, selain itu, Kerajaan Kokoro adalah sebuah kerajaan yang tempatnya paling strategis.

Kerajaan Kokoro berada tepat di puncak pegunungan Rokushi, dan 4 Kerajaan lainnya masing-masing wilayah mesing-masing mereka mengelilingi pegunungan Rokushi yang setara tidak langsung dan dapat dikatakan mereka mengelilingi Kerajaan Kokoro, yang melambangkan bentuk keseimbangan.

Akame No Denki menjadi sosok yang terkenal dan tidak terkalahkan setelah kurang lebih 20 tahun yang lalu dia mendapatkan kekuatan kegelapan dan telah menyatakan perang kepada 4 negara 5 tahun yang lalu.

Tiada hari tanpa pertumpahan darah, Akan tetapi, Jauh dari dunia Peperangan antar 5 negara tersebut ada sebuah desa kecil yang dahulunya juga aman dan makmur, akan tetapi belakangan ini sering terjadi perampokan, desa tersebut bernama Nikogu, dan hiduplah seorang anak yang bernama Katakuri yang berumur 19 tahun.

*****

"Terima kasih paman Nabe!" Ucap Katakuri dengan keras kepada seorang paman setelah selesai melakukan pembelian tepung di tokohnya Paman Nabe.

Desa Nikogu adalah sebuah desa kecil, jadi disana hanya ada tokoh-tokoh saja dan tidak memungkinkannya ada pasar karena penduduknya juga tidak begitu banyak, kira-kira hanya ada 25-35 rumah didesa tersebut.

Katakuri berjalan kembali menuju rumahnya yang cukup jauh, karena rumahnya adalah rumah paling ujung dari desa dan dekat dengan aliran sungai.

"Yosh, dengan tepung ini kami bisa membuat olahan jagung untuk malam ini."

Sore hari itu, Rasa tidak sabar menggeluti pikirannya, dia berlari sehigga rambut panjang sebahu dan tidak terikat itu sesekali menutupi wajahnya yang putih dan bersih itu.

"GLADUK!"

Ditengah perjalaan saat ia lari dan belok kekiri, dia tersandung batu kecil sehingga ia terhempas ke tanah bersama tepung yang ada di genggamannya.

"Aw…" Ujar katakuri.

Katakuripun kembali beranjak sambil memengangi bahunya yang sepertinya sedikit terkilir akibat kecerobohannya.

"Sial…. Paman kuriki pasti akan marah.." Ujarnya kesal.

"Ha?"

Katakuri kaget melihat segerombolan orang yang tidak jauh dari hadapannya sedang memaksa merampas daging dari penjual daging yang ada di desa Nikogu.

"Ampun tuan…. Lepaskan anak saya!" Ujar istri paman Zeko yang melihat anaknya ditangkap segerombolan perampok tersebut sebagai ancaman timbale balik supaya mereka memberikan semua daging-daging mereka.

"Ampun tuan… silahkan ambil dagingnya tuan.."

Sambil menangis mereka meminta ampun kepada perampok agar mengembalikan anaknya.

Dari 7 orang perampok berjubah hitam dan bermuka seram, yang tanda bekas luka pada muka mereka membuat mereka semakin terlihat mengerikan, ada seseorang yang membawa pedang cukup besar dengan ikat kepala hitam. Seperti memperlihatkan dialah pemimpin dari mereka.

"Ambil semuanya!" Ujar pemimpin perampok tersebut.

Setengah jalan mereka memasukkan daging-daging jualan paman Zeko kedalam karung, mereka mendorong anaknya paman Zeko untuk mengembalikannya.

"Stop!" Teriak katakuri yang sudah dari tadi kesal menyaksikan perlakuan perampok tersebut kepada paman Zeko.

Mendengar treriakan Katakuri, semuanya kaget dan tertoleh semuanya melihat Kartakuri yang berdiri tidak jauh dari mereka.

"Siapa kau bocah?" Ujar pemimpin perampok tersebut.

"Apakah kau tak kenal denganku? Aku adalah Izil si pedang panjang, bawahan dari kerajaan gelap Kokoro."

Izil si pedang panjang nama pemimpin penjahat tersebut dan mengaku adalah bawahan dari kerajaan gelap Kokoro.

"Aku adalah Katakuri!" Ujar katakuri sambil mengambil sebuah kunai yang ia yantungkan di pinggangnya.

Mendengar ucapan katakuri, semua penjahat itu menjadi tertawa besar, entah mengapa, mereka seperti mendengar sebuah hal yang sangat lucu yang baru saja diucapkan oleh katakuri barusan.

"Kenapa kalian tertawa penjahat bajongan!" Teriak katakuri dan lari maju untuk menyerang penjahat-penjahat tersebut.

Anak buah dari Izil si pedang panjang tak tinggal diam, masing-masing memegang sebuah pedang dan maju menyerang Katakuri.

"Katakuri! Ujar cemas paman Zeko dan istrinya.

Sebuah pertarungan kecil terjadi, dan itu adalah pertarungan pertama sesungguhnya yang ia lalui setelah bertahun-tahun latihan menggunakan kunai.

"Ting, ting, ting." Bunyi pedang yang berbenturan dengan kunai Katakuri.

"Yosh." Ucap kecil katakuri setelah mengalahkan 3 dari 6 anak buah seorang Izil si pedang panjang.

Walaupun Katakuri sedikit terampil menggunakan kunai, dari segi jumlah dia tetaplah kalah, dan dari jarak serangan pun kalah, karena musuhnya mempunyai jarak serangan yang sedikit lebih jauh karena menggunakan pedang, sedangkan Katakuri mempunyai daya serang yang cukup sempit karena menggunakan kunai.

"Akh!"

Katakuri, yang terbilang sempat mengalahkan beberapa penjahat itupun berhasil dijatuhkan, karena dia belum begitu ahli menggunakan kunai dan tidak lincah, sedangkan pengguna kunai yang baik adalah pengguna kunai yang seimbang dengan kelincahan.

Katakuri mendapat 2 luka yang masing-masing di tangan kanan dan kirinya, dan sebuah luka di bagian muka, tepatnya pipi sebelah kanannya.

Anak buah Izil si pedang panjang yang berhasil menjatuhkan Katakuri, menangkapnya dengan muka yang sedang berdarah.

Dihadapan Izil si pedang panjang, Katakuri dihadapkan, yang masing-masing tangan kanan dan tangan kiri katakuri dipegang oleh anak buahnya izil si pedang panjang.

"HUAHAHAHAHAHA!" Izil si pedang panjang tertawa keras tepat dihadapan muka katakuri yang berlumuran dara.

"Lihatkan akibatnya jika menantangku, Bocah!" Bisilk kecil Izil si p[edang panjang dekat telinga katakuri.

Mendengar suara keributan, suara pedang, dan sebuah suara tawa yang besar, semua warga keluar dan ikut menyaksikan dengan rasa takut yang luar biasa.

"HAHAHAHA, lihatlah ini penduduk Nikogu, Ini adalah contoh apabila menentang apa yang aku lakukan dan apa yang telah aku minta!" Teriak keras Izil si pedang panjang.

"Cuih!"

Katakuri meludahi muka Izil si pedang panjang di akhir omongkosongnya itu, dan perlakuan ini semakin membuat Izil si pedang panjang semakin marah."

"Dasar bocah sialan!

Anak buah Izil memegang erat kedua tangan Katakusi dan memposisikan Katakuri seperti berlutut, untuk maksudnya segera dipenggal.

Melihat itu, Semua penduduk desa nikogu semakin ketakutan, dan cemas akan nasib Katakuri yang mungkin mati muda di tangan Izil si pedang panjang.

"Dasar tidak berguna!" Ucap Izil si pedang panjang yang kesal terlihat dari kerutan wajahnyan yang hitam dan seram, ia sesegera membuka pedang panjang miliknya itu dari sarung pedangnya.

Anak buahnya memposisikan Katakuri supaya terlihat jelas ke semua semua penduduk peristiwa pemenggalan yang mungkin akan penuh dengan sejarah tersebut.

"Mati lah kau sampah tak berguna" Kata-kata pendek seorang izil saat ia ayunkan pedang panjangnya untuk memeenggal kepala katakuri.

Izil berniat mencabut nyawa Katakuri dan menjadikannya contoh bagi penduduk yang ada di desa Nikogu guna memperlihatkan bahwa apabila seseorang berani-beraninya melawan Izil si pedang panjang maka akan merasakan akibat pahitnya.

Semua penduduk yang berada tepat di lokasi itu sontak terdiam dan cemas, serta menjadi semakin takut.

"Akh…. Kejam sekali Izil si pedang panjang!"

Ucap para penduduk dengan raut muka yang mengerut.

"Tidak....."

Teriak Paman Zeko saat Izil si pedang panjang mengayunkan pedangnya dengan penuh kebengisan.

"Ting."

Dalam sekejap mata, saking kuatnya, dan dahsyatnya kekuatan Izil si pedang panjang, sampai-sampai debu-debu jalan menguap, menghalangi jarak pandang orang-orang yang berada disana.

"Oh tidak, habislah kau Katakuri." Ujar seorang anak buah Izil si pedang panjang dalam pandangan debu yang mengebul.

Lalu ada apakah dengan suara yang bedenting barusan? apakah itu adalah efek suara yang dihasilkan oleh pedang si Izil? Karena begitu dahsyatnya kekuatan yang dihasilkan oleh pedang itu, atau malah sebaliknya? Katakuri berhasil menangkis serangan kuat itu dengan kunainya yang kecil?

Semua tampak tegang, para penduduk tampak cemas dan berharap-harap ada keajaiban yang datang, dan senyuman lebar terukir pada setiap weajah anak buah Izil si pedang panjang saat menyaksikan pmenggalan itu.

Dibalik ketegangan itu, debu-debu jalan berangsur-angsur mulai menghilang, semuanya akan segera menyaksikan apa yang telah terjadi, sebuah keajaibankah? atau sebuah akhir untuk katakuri.

Oh tidak, seseorang yang berjubah hitam, dengan rambut hitam panjang terurai menutupi wajahnya menahan tebasan kuat seorang Izil si pedang panjang dengan sebuah kunai kecil berwarna putih.

Mana mungkin bisa itu terjadi? Tebasan sekuat itu tidak mungkin bisa-bisanya ditahan dengan sebuah kunai kecil itu? Kapan dia datangnya? Sejak kapan itu terjadi?

Pertanyaan-pertanyaan itu tentu saja akan datang karena dengan menyaksikan kekuatan sebesar itu, sudah tidak mungkin bisa untuk di tahan, dan sudah dapat dipastikan bahwa akan terjadi hal yang sangat buruk pada katakuri.

Seseorang berjuba hitam tertunduk itu, yang membuat rambutnya menutupi mukanya menegakkan kepalanya dan melihat mata Izil si pedang panjang dengan tajam.

"Bukankah itu sedikit berlebihan untuk seorang bocah?"

Katakuri sendiri yang sedari tadi terpejam dan berlumuran darah diwajahnya, kini malah tercengang dengan apa yang disaksikan di depan mata kepalanya.

"Kkkkk… Katakuri!"

Izil si pedang panjang menyebutkan sebuah nama dengan gugup dan penuh ketakutan, dan nama itu adalah Katakuri.

Katakuri? Siapa katakuri? Bukankah dia hanyalah seorang bocah pengguna kunai yang akan dipenggal kepalanya oleh Izil si pedang panjang? Lalu, ini katakuri yang mana lagi? apa maksud dari ucapan seorang Izil si pedang panjang?

"Ha? Paman kuriki?" Ucap katakuri melihat orang berjubah hitam berambut panjang dengan kunainya itu, setelah ia pandang wajah yang sedari tadi tertutupi oleh rambutnya yang panjang terurai itu.

Hah? Apalagi ini? Kuriki? Siapa pula Kuriki?

Muncul ketidakjelasan, Izil si pedang panjang menyebutnya dengan nama Katakuri, disisi lain Katakuri sendiri menyebut orang itu adalah Paman Kuriki.

"Ting.."

Lagi-lagi berdenting, sungguh sulit di percaya, ini sangatlah sulit dipercaya, pedang panjang yang kira-kira dua meter itu, berhasil dialihkan oleh kunai putih yang berukuran kecil milik seseorang yang berjubah hitam itu.

Pedang panjang itu terlepas dari tangan seorang Izil si pedang panjang, dan terlempar jauh mengarah langit.

"Kkkau? Katakuri si kilat putih?"

Izil si pedang panjang terbata-bata menyebutkan sebuah julukan seorang Katakuri, dan jatuh terpundur ketakutan melihat seseorang yang kita saksikan mengenakan jubah hitam panjang itu.

"Oh sungguh, hebat sekali orang itu." Ujar salah seorang penduduk yang menyaksikan sebuah kekuatan dan keahlian dari seseorang berjubah hitam itu.

"Ting, ting, ting, ting."

Debu-debu jalanan kembali menutupi, naik seakan ada sebuah benda yang berjalan cepat diatas permukaan debu tersebut, yang ada hanyalah sebiah dentingan pedang yang berbunyi kirakira 5 sampai 6 kali.

Semuanya kembali tak bisa melihat dengan jelas, jarak pandang tertutup oleh debu-debu itu, dan harus kembali menunggu bersama ketegangan yang kembali merasuki.

Ada apa lagi kah ini? Apakah mungkin sesuatu yang menakjubkan kembali terjadi? Tapi sudah pasti ini adalah efek dari kekuatan seseorang yang mengenakan jubah hitam tersebut.

Kembali lagilah, dikit demi sedikit pandangan kembali karena redahnya debu yang bertebaran , lalu apakah yang sebenarnya yang terjadi?

"Oh, sungguh hebat!" Ucap paman Zeko yang menyaksikan sesuatu yang sangat menakjubkan di depan matanya.

Seseorang yang tadi disebut dengan nama Katakuri itu memotong semua pedang anak buah dari Izil si pedang panjang. Semua pedang ditangan mereka terpotong menjadi 2, sungguh sangat di luar nalar, benar-benar ada orang sekuat itu.

"Tidak, tidak, semuany., Mundur!"

Teriak Izil si pedang panjang kepada semua anak buahnya, ia terlihat seperti sangatlah ketakutan melihat orang yang ia sebut Katakuri itu, Ada apakah ini? Apa yang membuat Izil si pedang panjang menjadi begitu takut kepadanya?

Lepaslah tangan Katakuri yang sedari tadi di pegang erat oleh anak buah Izil si pedang panjang, dan mereka lari terbirit-birit meninggalkan desa Nikugo.

Entah mengapa dan apa yang membuat mereka begitu takut, tapi sudah terasa jelah, orang berjubah hitam yang disebut-sebut yang bernama Katakuri itu memang sangatlah hebat dan sangatlah kuat.

Sungguh diluar akal kepala manusia, ada seseorang yang bisa menahan serangan pedang yang panjang yang kuat, dan dengan mudahnya memotong 6 pedang sekaligus dalam sekejap mata.

"Hey paman Kuriki, berhentilah berlagak sok hebat di depan warga desa, capet bantu dan gendong aku."

Ucap Katakuri yang tergeletak tak berdaya karena kelelahan, dengan luka-luyka disekujur tubuhnya.

"Wah… Ternyata itu Kuriki… Pamannya Katakuri!"

Para penduduk mengenali wajah orang yang berjubah hitam tadi, setelah ia mengikat rambutnya yang sedari tadi terurai bebas dan sesekali menutupi wajahnya sehingga tak ada satupun orang yang bisa mengenalinya.

Biasanya Kuriki juga tidak pernah berpakaian seperti itu, dia selalu memakai atasan dan celana yang sederhana, tapi kali ini sangatlah berbeda.

"Wah…. Kuriki hebat…." Teriak semua penduduk secara bergantian setelah melihat dan menyaksikan apa yang barusan saja terjadi, mereka tak menyangka, jika selama 20 tahun terakhir ada seseorang yang sangatlah kuat dan terampil menggunakan kunai didalam desa Nikugo ini.

"Terima kasih Pak Kuriki!"