"Baiklah, ayo pergi," kata Sage, menahan pintu agar tetap terbuka. Aku mengambil tasku dari meja dan melambaikan tangan pada Willyam saat dia meninggalkan rumah dengan sepedanya.
"Kayan akan menemui kita di teater. Z bilang dia akan mengikutinya ke sana dan menunggu kita, "kataku pada Sage saat kami masuk ke truknya.
"Keren," gumamnya, duduk di belakang kemudi.
"Kuharap Nalia ada di sini," kataku, dan mata Sage menatapku sejenak sebelum kembali ke jalan.
"Dia akan segera pulang," katanya, tapi aku juga bisa mendengar keraguan dalam kata-katanya. Ketika Sage dan Nalia berusia delapan belas tahun, mereka dapat berbicara dengan orang tua kandung mereka. Sage tidak ingin berhubungan dengan mereka, tetapi Nalia dekat dengan ibu mereka dan pindah ke Kota Padang untuk lebih dekat dengannya. Aku mengerti alasannya, tetapi Aku tahu itu sulit bagi bibi dan paman Aku dan saudara laki-lakinya. Aku hanya berdoa dia menemukan apa pun yang dia cari.