Chereads / Suami Pengganti (Terpaksa Menikahi Calon Kakak Ipar) / Chapter 10 - Rian Tidak Pantas Untukku

Chapter 10 - Rian Tidak Pantas Untukku

Almira yang merasa suntuk karena harus menghabiskan waktu cutinya di rumah, memilih untuk berjalan-jalan di mall.

Niat hati mengajukan cuti itu agar bisa menghabiskan waktu bersama sang suami, nyatanya semua buyar begitu saja saat Rian memilih untuk meninggalkannya.

Benar-benar sial, memang! Daffa, Laki-laki yang menyandang status sebagai suami pengganti nya, tentu tidak bisa menemani Almira karena memang tugas di kantor masih menumpuk dan harus laki-laki itu selesaikan. Lagipula, mana Daffa tahu kalau dia akan menikah, dan menggantikan adiknya.

Meskipun sebenarnya Tuan Eldaz sudah memberikan ijin untuk anaknya menghabiskan waktu bersama Almira, tapi Daffa tetap memilih bekerja.

Lagipula, apa yang mau dilakukan bersama istri tak tersentuh nya itu. Masa mau main adu kelereng? Kan tidak lucu!

Di sinilah Almira sekarang, duduk-duduk manis di salah satu game center, bersiap menikmati serunya permainan yang ada di sana.

Almira memang suka menghabiskan waktunya untuk bermain seperti ini jika hatinya sedang dilanda kekesalan.

Semua permainan yang ada di sana, satu persatu mulai Almira jajal. Tawa wanita itu begitu lepas seolah tidak ada beban yang sedang menghimpit di hatinya.

Tanpa Almira sangka-sangka seseorang tengah memperhatikannya dari tempat yang tidak begitu jauh. Bibirnya pun mengulas senyum kala melihat tawa lepas dari Almira.

"Apa yang Anda lihat, Tuan Daffa?" tanya seseorang mengagetkan Daffa yang tengah asik melihat keseruan dari istrinya.

"Ah, Tuan Ronald, maaf. Saya tidak fokus," sahut Daffa menyesal.

Saat ini, Daffa memang sedang mengadakan pertemuan di salah satu restoran yang ada di mall ini. Namun, ketika tanpa sengaja netranya menangkap sosok gadis yang beberapa hari ini menghiasi hari-hari nya, kaki lelaki itu tanpa sadar berhenti melangkah.

Laki-laki yang bernama Ronald itu, mengikuti tatapan Daffa tadi, bibirnya mengulas senyum saat tahu apa yang membuat Daffa tidak fokus.

"Sudahlah, Tuan Daffa, saya mengerti. Pengantin baru itu memang selalu ingin bersama. Apalagi wanita yang Anda nikahi itu benar-benar sangat cantik. Nona Almira memang definisi sempurna dari seorang wanita," ucap Ronald membuat Daffa langsung menatap tidak suka padanya.

Entah kenapa hatinya langsung merasa kesal saat mendengar laki-laki lain memuji kecantikan istrinya seperti ini.

Menyadari tatapan Daffa yang begitu mengintimidasi, Ronald langsung terkekeh sambil menepuk-nepuk bahu Daffa.

"Tenanglah, Tuan Daffa, saya tidak berminat pada istri orang. Ya, kalau Anda berniat melepaskannya, saya akan dengan hati mengambilnya," goda Ronald yang entah kenapa sangat suka melihat ekspresi wajah kesal dari Daffa.

Daffa enggan menanggapi dan memilih berjalan lebih dulu meninggalkan rekan bisnisnya itu. Kalau tidak ingat siapa itu Ronald, sudah Daffa geplak kepalanya sedari tadi.

Melihat kekesalan Daffa yang semakin memuncak, Ronald langsung tergelak.

"Enggak nyangka kalau Casanova seperti Tuan Daffa akan takut kalau istrinya digaet lelaki lain. Ckckck .... Padahal selama ini mainannya banyak, tapi ternyata tetap tidak rela kalau istrinya di colek lelaki lain," gumam Ronald geleng-geleng kepala.

Laki-laki itu segera menyusul Daffa yang sudah lebih dulu berjalan meninggalkannya. Bisa-bisa, kerjasama mereka akan berakhir begitu saja jika membuatkan Daffa kesal terlalu lama.

****

Sementara Almira yang sudah kelelahan setelah menjajal hampir semua permainan yang ada di sana, memilih untuk duduk di salah satu kursi yang tersedia.

Keringat bercucuran membasahi tubuhnya, membuat wanita itu terlihat semakin seksi saja.

"Hay, Ra! Aku kira setelah menikah kamu tidak akan bermain di tempat seperti ini lagi," ucap seseorang yang langsung mendudukan diri di samping Almira.

"Kenapa? Apa hubungannya menikah dengan bermain games? Justru ini adalah salah satu cara buat menghilangkan penat dari rutinitas di rumah. Asal tahu waktu dan tidak abai pada tanggung jawab sebagai istri saja," sahut Almira membuat orang yang berada di sampingnya langsung terkekeh karena nya.

"Ya, kau memang selalu benar, Nona Almira Chandra. Eh, Ra, kemarin aku bertemu dengan Rian, loh," ucapnya membuat Almira refleks menoleh pada temannya itu.

"Rian? Di mana, Do? Apa dia mengatakan sesuatu?" Tanya Almira begitu penasaran.

"Kami bertemu di danau buatan. Sepertinya, Rian sedang butuh ketenangan makannya menyendiri di sana. Hanya saja, ketika aku datang dia buru-buru beranjak pergi. Sepertinya, dia tidak ingin terlalu banyak berbicara denganku," jelas Aldo mengingat peristiwa kemarin.

"Apa dia mengatakan sesuatu tentang aku, Do? Apa dia mengatakan kenapa sampai meninggalkan aku sendiri di pelaminan dan malah membuat kakaknya menggantikan dia?" Tanya Almira dengan suara tercekat menahan kesedihan.

"Maafkan aku, Ra, tapi Rian mengatakan jika dia belum siap menikah saat ini, jadi dia meninggalkanmu dan membiarkan Kak Daffa menggantikan posisinya. Aku tidak tahu itu alasan Rian yang sebenarnya atau bukan, tapi kalau melihat dia mencintaimu selama ini, aku yakin jika Rian berbohong mengenai alasannya," sahut Aldo menatap penuh iba pada Almira.

"Kenapa kamu minta maaf, Do. Kamu tidak salah, dan tidak seharusnya meminta maaf seperti itu. Apa pun alasan, Rian, kenyataan bahwa dia sudah meninggalkan aku tidak bisa di sangkal. Perasaan orang juga sangat mudah berubah. Mungkin dulu Rian memang mencintai aku, tapi tidak saat ini. Kalau dia memang mencintai aku, tidak mungkin aku dibiarkan sendirian di pelaminan," lirih Almira berusaha menahan kesedihan yang begitu mendalam di hatinya.

"Kamu yang sabar, ya, Ra. Aku yakin jika suatu saat Rian akan kembali lagi padamu. Dia akan sadar kalau kamu wanita terbaik yang sudah dia sia-siakan begitu saja."

"Tidak, Do! Aku tidak mengharapkan laki-laki yang tidak memiliki pendirian seperti itu bersanding denganku. Lagipula, sekarang hidupku itu adalah kak Daffa, dan hanya dia suami yang akan menemaniku sampai akhir nanti. Aku tidak berminat pada Rian lagi. Laki-laki itu tidak pantas untuk mendapatkan cintaku," sahut Almira dengan senyum kecil di bibirnya sebagai isyarat jika dia memang baik-baik saja tanpa Rian.

"Apa kamu yakin kalau Kak Daffa laki-laki tepat untukmu? Bukankah semua orang tahu kalau Kak Daffa itu seorang pemain, Ra?" Tanya Aldo dengan tatapan menelisik pada Almira.

"Tidak selamanya hidup seseorang itu dalam kelam, Do. Aku lebih suka orang yang berusaha untuk berubah dari pada laki-laki yang terlihat baik nyatanya menyimpan senjata yang bisa menoleh luka kapanpun itu," jawab Almira membuat Aldo bungkam kehilangan kata-kata.

"Aku pulang duluan ya, Do. Kebetulan waktu sudah sore. Aku takut kalau Kak Daffa lebih dulu tiba dari kantor sebelum aku sampai di rumah," pamit Almira segera beranjak dari duduknya.

Wanita itu berbalik hendak meninggalkan games center. Namun, matanya langsung membulat begitu melihat sosok yang begitu sangat dia kenali ada di hadapannya saat ini.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?"