Chereads / Pradhika's Bloody Incident / Chapter 11 - Sulit Dipercaya

Chapter 11 - Sulit Dipercaya

"Sebenarnya, kucing oranye ini adalah perwujudan seseorang yang kalian cari itu, Sayang." Madam Ameri berucap lembut. Ia kini bahkan memperlakukan semua tamu-tamunya itu dengan sangat baik. Jauh berbeda dengan sikapnya awal tadi.

Brak!!

Yuji menggebrak meja dan bangkit berdiri saking syoknya.

"Tu-tunggu dulu, Madam! A-apa maksud Anda ini? Kucing punya Sithok ini sebenarnya adalah Gaida? Bagaimana bisa?!" Yuji memekik, tidak percaya. Ia kini bahkan merasa tengah dipermainkan saat ini.

"Iya, Sayang. Setelah aku menyentuh kucing saudarqmu tadi, aku mendapat sedikit penglihatan tentang apa yang membuat dia berubah menjadi kucing seperti ini. Reiji 'kan nama remaja yang kau cari itu?"

Yuji langsung mengangguk antusias, mendengar ucapan Madam Ameri baru saja.

"Iya, benar, Madam. Reiji itu adalah adik kembar kami. Yang meskipun menyebalkan, tapi kami menyayangi Dede Rei." Yuji menambahkan.

"Ngaong!" Reiji yang dalam wujud kucing, menyahut. Ia sepertinya kurang suka dengan ucapan Bang Yuji-nya yang mengatakan jika dia itu menyebalkan.

"Dari penglihatanku tadi, Reiji berubah menjadi kucing karena melakukan sebuah pantangan. Reiji berbuat tidak sopan atau melanggar sebuah pantangan di sebuah tempat kuno. Jadi, Reiji mendapat hukuman atas hal itu."

Saat mendengar ucapan Madam Ameri, Reiji sedikit terlonjak. Kuku-kukunya keluar dan meruncing, siap menerkam. Bulu-bulunya juga meremang.

Reiji merasa tengah dibodohi saat ini. Mana ada cerita semacam itu? Anehnya lagi, teman dan saudaranya malah terlihat percaya akan ucapan Madam Ameri. Reiji ingin sekali berteriak saat ini.

"Hahaha, jangan marah seperti itu, Sayang!" Madam Ameri menepuk kepala kucing oranye itu, yang kini sudah berada di atas meja. "Kau mungkin saja tidak memercayai ucapanku. Tapi, inilah yang terjadi padamu. Mungkin ini hukuman atas apa yang kau perbuat selama ini. Percayalah! Karma itu ada, Sayang," sambung Madam Ameri.

"Wah! Madam hebat! Bisa tahu semuanya!" Ryushin bereaksi lebih cepat.

Ryushin menoleh ke arah Siji dan Yuji yang sepertinya masih syok. Ryushin menepuk bahu dua saudara kembar itu.

"Kenapa ekspresi kalian seperti tidak suka begitu, huh? Bukankah lebih baik seperti ini. Jadi, kalian tidak perlu mencari tahu keberadaan Kak Reiji sampai luka-luka seperti waktu itu? Ternyata, yang kalian cari malah selama ini tinggal di rumah kalian, Kak! Ahahaha, lucu sekali kalian ini!" sambung Ryushin.

Meskipun Ryushin tertawa, tapi sebenarnya kasihan juga melihat Yuji dan Siji yang masih cengo itu. Dia adalah saksi bagaimana kerasnya Siji dan Yuji mencari-cari keberadaan Reiji setiap hari. Tidak peduli panas, tidak peduli hujan, mereka terus mencari mengitari seluruh ibu kota hanya dengan menaiki sepeda onthel.

Siji menggeleng lemah. Ia menatap sendu ke arah Madam Ameri, memohon penjelasan yang lebih rasional lagi.

"I-ini tidak mungkin, Madam. Bagaimana bisa seorang manusia berubah menjadi kucing? Apa Madam tengah mempermainkan kami saat ini? Ini bukan drama fantasi, Madam. Anda bahkan tidak memikirkan bagaimana perasaan kami. Kami mencari adik kami ke seluruh kota hingga ke tempat keramat. Lalu, mana mungkin kucing oranye itu adik kami, Madam?"

Tanpa sadar, Siji meninggikan nada bicaranya. Entahlah. Ia masih bingung saat ini. Sosok yang mereka cari hingga Siji dan Yuji mengalami banyak hal buruk dan bertemu monster, ternyata adalah kucingnya sendiri.

Madam Ameri berjalan ke arah Siji. Ia mengusap punggung pemuda itu dengan lembut.

"Terkadang, memang ada hal yang tidak dapat diterima akal sehat, Sayang. Tapi, hal seperti itu memang ada."

Siji semakin tenggelam dalam lamunannya setelah mendengar ucapan Madam Ameri baru saja. Ia masih merasa dipermainkan saat ini.

Sementara itu di sisi lain, Yuji juga masih tercenung. Ia tidak ingin berkomentar saat ini. Otaknya masih mencoba memproses informasi.

"Bukankah ini jauh lebih baik, Kak? Kalian tidak perlu lagi mencari tahu tentang keberadaan Kak Reiji, 'kan? Kenapa kalian tidak suka?"

"Bukan seperti itu, Shin. Jika kucingku ini sebenarnya adalah Reiji, aku sudah beberapa kali menelantarkannya. Bahkan, saat aku menonton bokep pun aku mengajak kucingku nonton. Seharusnya, Dede Rei yang polos itu 'kan nggak boleh lihat begituan." Siji mengusap wajahnya, gusar. "Astaga! Malu sekali aku. Dede Rei jadi tahu kebiasaan burukku karena sering melakukan ritual di saat malam Miggu," lanjut Siji, galau.

Ucapan Siji baru saja, langsung dihadiahi jitakan oleh Yuji. Bisa-bisanya saudaranya itu mengatakan hal memalukan itu di depan wanita dewasa. Ah, meskipun Yuji juga sering melakukan ritual seperti yang disebutkan Siji tadi sih.

Lalu, Siji juga diberi tatapan ilfeel juga oleh Ryushin. Padahal, Ryushin sudah sangat mengkhawatirkan perasaan Eric tadi.

Madam Ameri tersenyum. Ia menepuk pucuk kepala pemuda tampan yang sayangnya kurang perawatan itu, Siji Pradhika.

"Ahahaha, kau ternyata memikirkan banyak hal, Sayang."

Siji tersenyum dan kembali menatap Madam Ameri yang berada di samping kirinya.

"Ryushin memang benar. Madam Ameri ini sangat hebat. Bisa tau segalanya," ucap Siji, terkagum-kagum.

"Aku bukan Tuhan, Sayang. Aku hanya bisa membaca sedikit dan terkadang tidak selalu benar seratus persen." Madam Ameri berujar. Ia meraih kucing itu dan kembali menggendongnya di lengan.

Madam Ameei mengelus bulu lembut kucing oranye itu dan berucap,

"Aku memang tahu penyebabmu berubah menjadi kucing seperti ini, tapi aku tidak tahu cara untuk mengembalikanmu ke wujud manusia, Sayang."

'Tapi ... mana mungkin saya bisa menghabiskan sisa usia saya dengan wujud kucing seperti ini, Madam. Saya mohon bantulah saya untuk berubah menjadi manusia kembali!' Reiji memohon dalam hati. Namun, Reiji yakin jika Madam Ameri pasti mengerti ucapannya meski berupa ngeongan.

Awalnya, Reiji sangat marah karena Madam Amwei membahas alasan Reiji berubah menjadi kucing karena sikap kurang baik Reiji selama ini. Namun, setelah dipikir-pikir, mungkin ada benarnya juga.

Tempat yang didatangi Reiji waktu itu, mungkin saja tempat keramat. Reiji yang awalnya tidak percaya akan hal-hal semacam kutukan seperti itu, perlahan mulai memercayainya. Reiji memang percaya hantu, tapi dia baru kali ini tahu ada orang yang bisa berubah wujud karena sebuah kutukan. Jika dia tidak mengalaminya sendiri, pasti Reiji masih tidak percaya.

"Jangan sedih dulu, Sayang!" Madam Ameri berseru ketika melihat perubahan ekspresi kucing itu. Kucing itu terlihat begitu murung dan sedih.

"Aku memang tidak dapat mengubahmu menjadi manusia lagi. Tapi, aku bisa membantu saudara-saudaramu untuk mengerti ucapanmu, Sayang," sambung Madam Ameri.

Reiji masih menekuk wajahnya. Tatapannya berubah teduh, menatap ke arah saudara-saudaranya itu.

'Apa yang dapat kuandalkan dari mereka, Madam? Mereka hanya sekumpulan remaja ceroboh yang sangat suka bertindak tanpa pikir panjang.' Reiji menyahut, masih dalam hati.

"Jadi, kau meragukan saudaramu yang memakai hoodie biru itu, Sayang?" Saat mengucapkan ini, Madam Ameri sambil menunjuk ke arah Yuji.

Bersambung ....