Awalnya, Reiji sangat marah karena Madam Ameri membahas alasan Reiji berubah menjadi kucing karena sikap kurang baik Reiji selama ini. Namun, setelah dipikir-pikir, mungkin ada benarnya juga.
Tempat yang didatangi Reiji waktu itu, mungkin saja tempat keramat. Reiji yang awalnya tidak percaya akan hal-hal semacam kutukan seperti itu, perlahan mulai memercayainya. Reiji memang percaya hantu, tapi dia baru kali ini tahu ada orang yang bisa berubah wujud karena sebuah kutukan. Jika dia tidak mengalaminya sendiri, pasti Reiji masih tidak percaya.
"Jangan sedih dulu, Sayang!" Madam Ameri berseru ketika melihat perubahan ekspresi kucing itu. Kucing itu terlihat begitu murung dan sedih.
"Aku memang tidak dapat mengubahmu menjadi manusia lagi. Tapi, aku bisa membantu saudara-saudaramu untuk mengerti ucapanmu, Sayang," sambung Madam Ameri.
Reiji masih menekuk wajahnya. Tatapannya berubah teduh, menatap ke arah saudara-saudaranya itu.
'Apa yang dapat kuandalkan dari mereka, Madam? Mereka hanya sekumpulan remaja ceroboh yang sangat suka bertindak tanpa pikir panjang.' Reiji menyahut, masih dalam hati.
"Jadi, kau meragukan saudaramu yang memakai hoodie biru itu, Sayang?" Saat mengucapkan ini, Madam Ameri sambil menunjuk ke arah Yuji.
Yuji bangkit dan menepuk dadanya.
"Meski aku tidak tahu apa yang saat ini kalian bahas, tapi aku cukup dapat diandalkan. Aku akan dengan senang hati membantumu, Rei! Andalkan Abang kesayanganmu ini!"
Yuji berucap lantang. Jika tak salah dengar, sejak tadi Madam Ameri seperti tengah membahas tentang merubah kucing itu menjadi manusia kembali.
Siji melemparkan kotak tissu yang berada di meja, tepat ke wajah adiknya.
"Jangan sok jagoan, Yuyu! Yang waktu itu saja kamu berakhir koma beberapa hari! Jangan sok dapat diandalkan begitu! Aku yang bisa lebih diandalkan dari kamu tahu!" sela Siji, tidak kalah lantang dari adiknya itu.
"Itu 'kan memang gara-gara monster yang waktu itu, Sithok! Ah, tunggu! Lebih dari monster itu, kau adalah yang lebih membahayakan, Sithok! Kalau kau tidak menginjak mekanisme waktu itu, mana mungkin aku terjatuh ke ruang bawah tanah dan berakhir melawan monster, Sialan?!" desis Yuji, kesal. Ia bahkan menatap tajam ke arah saudara kembarnya saat ini.
Siji bangkit. Ia tidak terima karena selalu saja ditindas oleh adik-adiknya. Ia melangkah lebar menuju ke tempat Yuji dan meraih kerah hoodie yang dipakai Yuji saat ini.
"Kamu benar-benar tidak tahu terima kasih, Yuyu. Jika aku tak berada di sana, pasti tidak akan ada yang menolongmu di tempat aneh itu, Ogeb!" Siji berteriak.
Siji kesal dengan ucapan Yuji tadi. Yuji seolah-olah menyalahkan Siji atas segala hal buruk yang menimpa mereka waktu di bangunan kuno itu. Padahal, Siji menginjak mekanismenya saat itu juga tidak sengaja. Siji sudah meminta maaf pada Yuji puluhan kali, tapi adiknya itu selalu saja mengungkit-ungkin itu semua. Siapa yang tahan, coba? batin Siji.
Ryushin bertindak cepat. Ia melerai pertikaian dua saudara kembar itu, sebelum kedua kawannya itu membuat ribut di rumah Madam Ameri dan memecahkan perabotan di tempat ini.
Siji dan Yuji tiba-tiba merasa aneh. Suara mereka seolah tercekat di tenggorokan. Lidah mereka keluh. Bibir mereka terasa seperti dilem. Mereka tidak dapat berbicara saat ini. Sontak mereka berdua menoleh ke arah Madam Ameri secara bersamaan.
Di ujung meja sana, Madam Ameri tersenyum misterius. Ia telah melakukan sesuatu baru saja.
Siji dan Yuji tidak akan dapat berbicara selama Madam Ameri belum mematahkan sihirnya pada Yuji dan Siji.
"Jika kalian masih ingin ribut, silahkan tinggalkan rumahku ini ya, Sayang-sayangku! Jika kalian masih ingin tinggal, cepat duduk kembali di tempat kalian dengan tenang!" Madam Ameri berbicara penuh penekanan, meski bibirnya mengulas senyum.
Siji dan Yuji langsung terdiam. Mereka duduk kembali ke tempat mereka masing-masing dengan tenang.
Madam Ameri kembali tersenyum melihat sikap penurut remaja-remaja itu. Ia mengambil sesuatu di saku jubahnya. Sebenarnya, saku jubah tadinya kosong, setelah Madam Ameri merogohkan tangannya ke saku itu, terciptalah tiga buah gelang.
Madam Aria mengambil gelang-gelang itu dan menaruhnya di meja.
"Sekarang kita mulai, Anak-Anak! Aku memberi kalian gelang-gelang ini agar dapat berkomunikasi langsung dengan Reiji yang berwujud kucing itu.
Ekspresi Siji dan Yuji langsung berubah. Mata mereka bahkan sampai membeliak saking terkejutnya. Mereka takut jika harus menggunakan benda-benda mistis seperti itu.
Madam Ameri seolah mengerti apa yang tengah dirisaukan remaja-remaka tampan itu saat ini. Madam Ameri kembali menarik kedua sudut bibirnya, membentuk sebuah lengkungan.
"Tenang saja! Ini bukan benda sihir atau semacamnya, hanya sebuah gelang dengan batu permata." Madam Ameri kembali menatap para remaja itu bergantian. "Masing-masing dari gelang ini memiliki sifat yang berbeda untuk membantu kalian semua," lanjutnya.
Madam Ameri mengambil gelang yang terbuat dari monel dengan hiasan batu permata di satu bagian. Madam Ameri menyerahkan gelang dengan hiasan batu Aqua Marine, batu permata warna biru muda, kepada Yuji.
"Pertama-tama, gelang untuk Siji adalah Aqua Marine. Batu ini dipercaya meningkatkan kepercayaan diri, keberanian, menghilangkan ketakutan dan membantu relaksasi." Madam Ameri berucap dengan serius, membuat siapa saja akan mempercayai ucapan wanita itu. Madam Ameri seperti memiliki kemampuan manipulatif pada dirinya.
Siji meraih gelang itu dan langsung memakainya di pergelangan tangan kiri. Gelang itu terlihat begitu manly dengan hiasan bulan sabit yang menggantung di sisi batu biru itu.
"Yang kedua adalah batu permata Amethyst. Ini untuk Yuji!" Madam Ameri menyerahkan gelang batu permata berwarna ungu tua pada Yuji, dan disambut dengan kedua tangan yang terulur oleh Yuji.
"Batu Amethyst dipercaya dapat menenangkan emosi si pemakai, menjernihkan pikiran dan meringankan ganggunan emosi." Madam Ameri kembali melanjutkan.
Yuji mencebikkan bibir. Ia membatin, 'Memangnya emosiku sesulit itu ya dikendalikan sampai memberi batu untuk menenangkan emosi?'
Meski Madam Ameri tahu apa yang dipikirkan Yuji saat ini, tapi ia hanya mengulas senyum singkat. Ia beralih ke gelang yang diberi hiasan batu berwarna kuning. Ia menyerahkan gelang itu pada Ryushin.
"Dan untuk Ryushin adalah batu Citrine. Batu ini dipercaya dapat memperluas pikiran, kesabaran, serta optimisme. Dikenal juga sebagai batu pedagang," ucap Madam Ameri.
Ryushim langsung memakai gelang berhias batu permata kuning itu.
"Asyik! Dapat batu pedagang! Ini bisa dibuat untuk penglaris 'kan, Madam?" Celotehan Ryushin baru saja langsung mengundang gelak tawa seluruh orang yang berada di ruangan itu. Ryushin berharap jika usahanya dagang barang antik dan CD bajakan akan lancar.
Ryushin memang dikenal sebagai remaja yang sangat mencintai uang. Tentu saja. Dia sudah hidup susah sejak kecil. Tidak punya sanak saudara dan tinggal di kontrakkan kecil bersama papanya, yang hanya bekerja menjadi pemanggul barang-barang.
"Dan yang terakhir ...."
Bersambung ....