Chereads / Pradhika's Bloody Incident / Chapter 8 - Kemampuan Khusus

Chapter 8 - Kemampuan Khusus

Ryushin terus meyakinkan Siji untuk mengesampingkan rasa malunya sejenak. Ini semua demi mendapat kepercayaan wanita tua itu.

"Ya tapi ... enggak begitu juga kali, Shin! Kau tega sekali menumbalkan badanku ini, Sialan!" Siji masih mengajukan protes. Dia masih kesal karena perutnya diumbar-umbar seperti tadi.

"Namanya juga usaha, Kak. Tapi, mungkin saja berhasil, Kak Siji. Nenekku memang suka jiwa muda seperti dirimu ini, Kak Siji," sahut Ryushin. Ia masih mempertahankan posisi Siji agar masih tetap berada di depan pintu.

Sejak tadi, Siji meronta untuk kabur. Namun, tidak diperbolehkan oleh Ryushin. Siji merasa sangat malu karena menunjukkan perutnya ke wanita tua tadi.

"Hahaha, hentikan, Kawan! Aku sudah tidak tahan lagi! Astaga ... si Sithok lucu banget, sumpah!" Yuji yang sejak tadi tertawa melihat kawan dan saudaranya yang aneh itu, akhirnya mengambil suara. Yuji berjalan mendekat ke depan pintu juga.

Sret!!

Lubang yang berada di pintu itu ditutup dari dalam.

"Tuh 'kan caramu itu tidak berhasil, Ryushin Sialan! Beraninya kau mempermalukan aku, hah?!" Siji menggeram, marah. Ia kini bahkan sudah mencengkeram kerah kaus yang dipakai Ryushin

Ryushin memegang kedua tangan Siji yang sudah berada di kerah bajunya, seperti hendak menonjok Ryushin.

"Ya, maaf, Kak Siji. Namanya juga usaha. Usaha itu tidak selamanya berhasil, 'kan?" Ryushin mencoba meredam emosi Siji dengan cara memijit bahu kawannya itu.

Yuji merasa bersalah saat ini. Ia tidak melakukan apa pun sejak tadi. Padahal, ini semua juga demi Reiji. Yuji kini melerai pertikaian Siji dan Ryushin.

"Tenangkan diri kalian, Kawan! Jika Madam Ameri memang tidak ingin menemui kita, sebaiknya kita pulang saja, ayo! Mungkin kita bisa menemuinya di lain waktu," lirih Yuji, terdengar putus asa. Mereka sudah melakukan segalanya, tapi wanita tua itu masih saja tidak mengizinkan mereka masuk.

Mendengar ucapan Yuji baru saja, Siji dan Ryushin langsung menghentikan pertengkaran kecil mereka. Tatapan mereka berubah sendu ke arah Yuji. Jika seperti ini, Yuji terlihat lebih dewasa dari biasanya.

Krieet!!

Pintu bercat hitam itu terbuka dari dalam.

Yuji, Siji dan Ryushin terlonjak bersamaan. Mereka tidak menyangka saja jika cara tadi itu berhasil. Padahal, hanya menunjukkan perut six pack-nya Siji.

"Jangan berisik! Cepatlah masuk!" Suara sosok yang berada di ambang pintu. Ternyata, yang mereka kira wanita tua tadi adalah wanita cantik yang berusia sekitar awal 40 tahunan.

Mungkin karena suara wanita itu yang terdengar sedikit serak, makanya mereka mengira sosok wanita tua yang berada dibalik pintu tadi.

"Ah, maafkan kami, Madam!" Ryushin berseru. Ia tersenyum ke arah wanita yang ia anggap sebagai nenek itu.

Ini adalah rahasia dan hanya Ryushin dan beberapa kerabat lain yang tahu. Sebenarnya, usia wanita cantik dan berpakaian elegan berwarna merah marun itu, sebenarnya sudah 70 tahunan lebih. Namun, Ryushin tidak akan memberi tahukan tentang fakta itu meski pada Yuji sekalipun.

Ryushin memang menyimpan banyak rahasia di dalam dirinya. Termasuk identitas dirinya yang sebenarnya memiliki kekuatan spiritual khusus melebihi hanya seorang cenayang. Buku dengan judul 'My Son is Kitsune' itulah yang menjelaskan tentang identitas Ryushin yang sebenarnya.

"Kak Yuji! Kak Siji! Ayo cepat masuk! Di dalam keren banget lho, kalian pasti takjub," seru Ryushin sambil mengisyaratkan kedua rekannya untuk mengikuti Ryushin menuju ke dalam rumah, yang mereka sebut tadi rumah menyeramkan.

Siji melihat adiknya bersama Ryushin sudah masuk ke dalam rumah. Namun, ia masih tercenung beberapa saat di pintu. Siji benar-benar tidak menyangka jika cara yang tadi itu ternyata berhasil juga. Ia tidak paham seberapa besar pesonanya, atau seberapa anehnya wanita itu.

Namun, Siji masih syok dengan reaksi Yuji dan Ryushin yang seolah tengah memanfaatkannya. Apalagi Yuji yang bahkan malah tertawa kejam tadi.

"Tega kalian semua!" lirih Siji sambil menatap ke arah Ryushin dan Yuji.

***

Di dalam rumah pencahayaan sangat minim. Rumah luas bernuansa hitam ini hanya diterangi lampu temaram warna kuning.

Di lemari kaca yang berada di sudut ruangan ini terdapat puluhan botol kaca berbagai bentuk dan berisi berbagai macam cairan berwarna. Ada cairan warna ungu, biru, hijau, kuning, merah dan beraneka jenis warna lainnya.

Siji dan Yuji melihat ke sekeliling. Bukannya malah terkagum-kagum. Mereka malah merinding sejak masuk rumah ini. Hawa dingin seolah mengitari mereka. Ruangan ini terlihat sangat mengerikan bagi Siji dan Yuji.

Saat berbalik ke arah lain, Yuji terlonjak hingga refleks melompat. Di dinding sana terdapat hiasan dua kepala rusa dengan tanduk yang panjang dan runcing. Melihat itu, jantung Yuji langsung berdegup kencang. Kepala rusa itu terlihat sangat nyata dan terlihat seperti masih hidup.

"Namaku Ameri Valfredo. Tapi, kalian bisa memanggilku 'Madam'." Wanita berambut panjang sepunggung, dan memakai anting berbentuk bulan sabit hitam itu berucap. Meski cantik, tapi penampilan wanita itu cukup seram. Ia memakai lipstik dan eye shadow berwarna gelap.

"Salam kenal, Madam!" Si kembar Yuji dan Siji berucap hampir bersamaan.

Madam Ameri menatap bergantian Siji, Yuji dan juga kucing yang masih berada di pundak Siji.

"Aku seorang cenayang. Aku bisa melihat dan berinteraksi dengan mereka yang tak tampak. Juga dapat membaca atau memprediksi masa depan melalui tarot." Madam Ameri kembali menjelaskan.

Yuji refleks bertepuk tangan dan menatap penuh binar pada wanita yang ia kira baru berusia 40 tahun itu.

Siji melirik adiknya dengan ekor matanya. Ia mengatakan dalam hati jika adiknya itu memang aneh. Padahal di tempat seseram ini, tapi Yuji masih saja terkagum-kagum dengan ucapan wanita aneh itu, batin Siji.

"Aku tidak aneh, Anak Muda. Jika kau tidak berkepentingan seperti saudaramu, lebih baik kau angkat kaki dari rumahku ini!" Madam Ameri berucap tegas. Namun, ia masih memasang ekspresi tenang seperti sebelumnya.

Siji terhenyak mendengar itu. Wanita itu benar-benar memiliki kemampuan istimewa, bukan hanya bualan seperti Ryushin, yang kemampuannya hanya sebatas menebak-nebak.

Siji merasa jika dia harus lebih berhati-hati lagi setelah ini. Wanita itu dapat membaca pikiran semua orang yang berada di sini, batin Siji.

Yuji masih bertepuk tangan pelan. Ia tak henti-hentinya menatap kagum pada Madam Ameri.

'Wah, hebat! Dia tidak punya alis. Pasti bisa lihat tuyul,' tebak si polos Yuji dalam hati. Kali ini, ia begitu yakin jika akan benar-benar mendapat informasi penting dari Madam Ameri, tentang hilangnya Reiji.

Siji yang sejak tadi mewanti-wanti dirinya untuk tidak membatin tentang apa pun, pada akhirnya ia melanggar itu. Siji berkata dalam hati, 'Penampilan Tante ini sungguh seram!'

Reiji yang masih dalam wujud kucing pun ikut menimpali. 'Wanita ini tinggi sekali. Hampir setinggi papa,' batinnya.

Ekspresi wanita itu kini berubah semakin suram.

Bersambung ....