Arzlan cukup terpukul atas peristiwa yang baru saja terjadi, kepalanya terus menunduk seolah tidak ada kehidupan di dalamnya.
Alisha dan yang lainnya dapat merasakan kemarahan dari dalam tubuh Arzlan yang masih meluap, dari dalam tanah butiran cahaya kecil bermunculan. Cahaya tersebut terbang ke angkasa, semua dapat menyaksikannya.
Arzlan berjalan menjauh dari desa.
"Tuan Arzlan!" Alisha hendak menyusul Arzlan, tapi Mydas melarangnya.
"Sebaiknya kita biarkan dia sendirian terlebih dahulu!"
Arzlan tidak tahu kenapa hatinya begitu sakit, dia kira selama ini perasaannya telah mati, tapi ternyata dia salah. Arzlan berjalan hingga melihat pemandangan air terjun, di sana suara air yang berisik menangkan pikirannya.
"Huh… sekali lagi kemalangan menimpa diriku! Tidak, kali ini orang lain yang menjadi korban atas hadirnya diriku, memang seharusnya aku tidak pernah dilahirkan di dunia ini!"