Lucie duduk di atas batu besar, setelah kejadian itu dirinya ingin segera pergi dari kastil. Suasana terlalu mencengkam untuk dirinya.
"Kenapa bisa jadi seperti ini ya!"
Mereka memutuskan untuk menyimpan opini masing-masing di dalam otak, tidak bisa diterima kalau salah satu dari mereka bukan pahlawan hanya berdasarkan dari sebuah pedang.
Setelah pertemuan, ketiga pahlawan mulai kembali ke daerah mereka.
Amiru terus memasang wajah serius di dalam kereta, di depannya ada tiga wanita cantik yang memang dianggap sebagai rekan satu tim.
Naiza menghampiri Amiru, secara perlahan sentuhan lembut memegang tangan kanan Amiru yang terlihat tegang.
"Uh?" Langsung kepala Amiru menoleh. "Apa yang kau lakukan Naiza?"
"Tidak, aku hanya ingin menenangkan Pahlawan Amiru!" Kelopak mata yang lentik bersama senyuman manisnya benar-benar mampu menghipnotis seorang pria.