Di dalam kamarnya Farah hanya terpaku, memandangi hujan yang sedari tadi turun tanpa tahu kapan berhenti, seperti Air matanya yang sedari tadi menetes tanpa tahu bagaimana cara menghentikannya, fikirannya penuh dengan apa yang terjadi dua hari ini, dirinya dan Adrian lagi-lagi melakukan hubungan itu.
Farah pun bingung apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya, bukankah itu hal wajar karena Adrian juga pria normal, ia pasti punya hasrat untuk melakukan itu dengan istrinya namun kenapa Farah merasa itu semua tak seharusnya terjadi, bagaimana jika dirinya hamil.
Segala fikiran berkecamuk di dalam benak Farah, ia tak ingin mengandung benih dari Adrian jika Adrian masih tak memiliki rasa padanya.
Dari awal pernikahan mereka memang sudah tidak seharusnya terjadi, harusnya yang disini adalah Vania bukan dirinya.
klak ...
Farah mendengar pintu kamar itu terbuka, dengan cepat Farah menghapus air matanya, dan memhembuskan nafasnya, dengan itu juga ia berusaha tersenyum membalik badannya.