#Happy Reading!
Mata Huang Zhi Yang berkeliling ke seluruh penglihatan. Seluruh hutan serta dedaunan dipenuhi dengan nuansa cuaca sejuk dari tepi pegunungan. Tiga orang yang ada di depan matanya terlihat asing lagi mencengangkan.
Salah seorang wanita merangkul tubuh Huang Zhi Yang saat masih termangu diam tanpa sahutan.
"Ayo, kita bawa Nona kembali!"
Si wanita—diduga sebagai seorang budak tersebut.
Dua bola mata Huang Zhi Yang mulai berputar-putar ketika pikiran menyatu dengan akal licik yang tiba-tiba.
"Hei!!" jerit Huang Zhi Yang dengan lantang.
Sontak, wanita itu melepaskan rangkulannya dari tubuh si Nona bersapa Huang Zhi Yang tersebut. Ketiga orang itu menatap dan memperhatikan raut kesal dari Huang Zhi Yang. Lantas, apakah sebenarnya dia marah atau hanya berpura-pura?
Wanita itu mengedipkan mata sesekali, ketika mendengar jeritan dari si Nona. Huang Zhi Yang bersedekap tangan dengan tegas sembari menatap mereka yang mulai mengerutkan kening.
"Aku bisa jalan sendiri!"
Zhi Yang ketus, seolah-olah mengetahui jalan pulang.
Ketika ia mendahului langkah mereka bertiga. Huang Zhi Yang mulai merasakan keanehan dari tempat posisi ia berada. Langkah pun berhenti tiba-tiba, lalu membalikkan badan sembari melebarkan senyuman miring.
"Kalian bisa tunjukkan arah jalan pulang?"
Huang Zhi Yang memohon dengan nyinyirannya.
Satu wanita dan dua pria itu saling menatap kebingungan dengan tingkah Huang Zhi Yang sedikit berbeda. Namun, kening yang mulai berkerut akhirnya runtuh, menatap si nona dengan penuh keramahan.
"Baik, Nona! Kami akan menunjukkan jalan pulang," putus dari salah satu pria.
"Tunggu!"
Huang Zhi Yang mengacungkan salah satu tangan ke hadapan mereka.
Terkinjat, ketiganya menampakkan raut keheranan lalu berbalik bingung.
"Siapa nama kalian bertiga?"
Huang Zhi Yang benar-benar tidak mengenal.
Sontak, ketiga orang itu saling memandang dengan beribu pertanyaan. Mengapa? Apa yang sedang terjadi? "Apakah Nona berpura-pura atau memang lupa ingatan?" tanya si wanita budak tersebut.
Dua pria menggelengkan kepala dengan raut kebingungan. Sementara itu, Huang Zhi Yang masih menatap mereka untuk memberi jawaban yang pasti.
Dua pria saling mendorong tubuh si wanita agar mendekati si Nona Huang Zhi Yang itu sendiri.
"Sana! Tanya dan cari kepastian dari Nona."
"Ayo cepat! Kau yang bertanggung jawab penuh untuk Nona Zhi Yang," perintah dari keduanya.
Si wanita itu pun segera mendekati tubuh Huang Zhi Yang sembari menampilkan raut gelisah yang berkelebat. Kedua tangan bersedekap seakan menjadikan dirinya benar-benar seorang tuan putri.
Dalam hati Huang Zhi Yang bergumam.
[Aku tidak tahu harus bagaimana dan di mana aku berada? Yang pasti, aku harus berusaha menguatkan diri agar terlihat seperti berketurunan darah biru. Hahaha, mereka tampak menghormatiku layaknya seorang tuan putri. Sepertinya, memang benar kalau aku seorang tuan putri.]
Kepalanya terangguk-angguk dengan menengadah ke atas, lalu menatap wanita yang berada di depan mata.
Si wanita itu menampilkan dua bola sorotan mata ke arahnya.
"Apa yang kau lihat?!" bentak Zhi Yang.
"Nona, apa kau baik-baik saja? Apa kepalamu pernah terbentur oleh sesuatu? Biar aku periksa!"
Wanita itu meraih kepala Zhi Yang secara paksa lalu memperhatikan seluruh yang ada di balik rambutnya. Namun, Zhi Yang meronta-ronta lalu menghempaskan tangan si tangan wanita budak tersebut.
"Aaaah!"
Zhi Yang menggeram.
"Apa-apaan kau ini?! Kenapa menyerangku seperti itu?"
Kini, ditampilkan raut kesalnya di hadapan ketiga orang itu. Akan tetapi, si wanita itu berdekam tunduk tepat di hadapannya.
"Ma-maafkan aku, Nona! Aku takut jika terjadi sesuatu padamu. Aku sudah mengurusmu dari bayi hingga remaja ini. Jika terjadi padamu, aku akan dihukum keras. Tolong ampuni aku, Nona!"
Keluhnya si wanita itu.
Kedua pria itu hendak memundurkan langkahnya ketika melihat si wanita itu menjatuhkan harga dirinya dengan membungkuk dan memohon ampun.
"Hei, kalian berdua jangan kabur dari sini!" seru Zhi Yang lantang.
Kedua pria itu terperanjak kaku dengan mendelik lebar. Kini, ketiga orang itu benar-benar dibuat patuh oleh kelakuan Zhi Yang.
Sambil bersedekap tangan, mendongakkan dagu tinggi-tinggi, berkeliling dan memperhatikan raut satu per satu dari mereka. Zhi Yang benar-benar bertingkah layaknya seorang tuan putri sungguhan!
"Katakan padaku apa yang terjadi padaku! Dan sebutkan nama kalian satu per satu," pinta Zhi Yang paksa.
"Namaku Liu Shan Mi," sebut si wanita sambil merunduk cemas.
Jemari telunjuk Zhi Yang bergeser ke arah dua pria yang ada di balik punggung wanita bernama Shan Mi.
"Kalian?"
Pria yang berpakaian hampir sama, dengan warna lusuh mulai bergiliran memperkenalkan diri dengan sedikit gemetar.
"A-aku, Chen Fei Ong."
Di samping wanita pelayan berdiri pria berwajah bulat, kulit sawo matang dengan mata sipit.
Jemari Zhi Yang menjulurkan ke arah pria yang ada di sebelahnya.
"Wu Dai Ang."
Pria berwajah lonjong, pada hakikatnya kulit mereka hampir sama.
Bisa dibedakan dari bentuk wajahnya. Zhi Yang menurunkan jemari lalu menepuk berkali-kali.
Puk! Puk!
"Bagus! Aku senang mendengar semua penjelasan kalian. Mulai saat ini, kalian harus memberitahu segalanya kepadaku tentang segala hal yang ada di sini," pinta Zhi Yang tegas.
Matanya mulai menyoroti ketiga orang tersebut. Padahal, Zhi Yang masih berumur lima belas tahun.
"Ayo, tunjukkan jalan pulang!" perintah Zhi Yang.
Tubuh Zhi Yang berdiri dengan tegak sembari menunggu langkah ketiganya untuk memberi aba-aba jalan kepulangan.
Melihat ketiganya bergerak mendahuluinya. Sambil menahan tawa, Zhi Yang menangkup mulutnya lalu melangkah mengiringi langkah. Terus berkirai keluar dari hutan dimana banyaknya berbatuan serta dedaunan.
Kemudian, langkah telah memasuki jalanan gersang dari segala penglihatan. Penampakan pedesaan sudah terlihat beserta keramaian dari segala penjuru desa. Inilah desa yang masih di tengah kota Chang'an.
Huang Zhi Yang mengerutkan kening, berdiri di atas bukit ketika melihat betapa luasnya kota tersebut. Di atas kaki masih berada di desa yang letaknya sudah tak jauh dari kota Chang'an.
Dalam hati Zhi Yang bergumam.
[Apakah ini kota zaman dulu?]
Matanya berkeliling melihat luasnya, hingga terpampang kota dinasti yang berdiri tegak di ujung penglihatan.
"Paman Dai Ang, kota apa itu?!" tanyanya penasaran.
"Itulah kota kita yang megah, kota Chang'an."
Zhi Yang membelalakkan matanya ketika mendengar nama kota yang kini sudah berubah itu.
[Aku pernah mendengar cerita ibu ketika sebelum tidur. Apa aku benar memasuki era masa lalu??]
Dia bergumam.
Tak kuasa menatap luasnya masa lalu, ia pun segera menuruni bukit hutan yang tak jauh dari pedesaan.
Perjalanan berakhir di sebuah rumah yang sangat luas dan memanjang. Di depan kerumunan orang-orang yang sedang merangkul bahan baku tanaman herbal. Terlihat tidak asing dari mata Zhi Yang ketika melihat sosok yang mirip dengan ayahnya.
"Tuan Qianfan," bisik dari pria bernama Fei Ong kepada pria yang mirip dengan ayahnya itu.
Kini, keduanya saling memandang tak jelas dengan raut keheranan.
Setelah baca wajib taruh ke dalam rak!
Direview juga dong ceritanya biar seru-seruan gitu!
Jangan lupa ikuti IG :@rossy_stories.
Nantikan bab selanjutnya yang banyak kejutan. Terima kasih.