Chapter 29 - Bab 29

*BAB 29*

Dengan langkah tergesa, Nora memasuki mansion milik orangtuanya. Ia ingin memastikan apa yang di ucapkan Xander malam itu.

"Dad. . "

"Mom. . "

Teriak Nora memanggil kedua orangtuanya, ia terus berjalan menuju kamar mereka. Siapa tahu mereka sedang berada di dalam kamar miliknya.

"Nona Nora."

"Anda pergi kemana saja, Nona." Tiba-tiba saja ada seorang pelayan yang menghampiri Nora dengan wajah yang sangat khawatir.

"Kami semua mencemaskan anda, Nona."

"Terutama Tuan dan Nyonya.'' Pelayan itu menyentuh kedua tangan Nora.

"Mereka sangat mencemaskan anda."

Entah apa yang sudah terjadi di mansion ini, dan hal ini semakin membuat Nora merasa cemas serta khawatir dengan kebenaran ucapan Xander malam itu.

"Dimana daddy dan mommy?." Tanya Nora dengan wajah yang tidak bisa menutupi rasa kekhawatiran nya.

"Benar. Nona harus segera menemui tuan dan nyonya. Mereka sedang beristirahat di kamar." Jawab pelayan itu dengan memberi kode kepada Nora untuk segera menemui orangtuanya.

Pelayan itu sudah lama bekerja di mansion ini, dan pelayan itu pula yang menjadi nanny untuk Nora sewaktu bayi. Jadi hubungan mereka cukup dekat.

Sudah berminggu-minggu lamanya tidak menginjakkan kaki mansion ini, membuat Nora sedikit merasa gugup dan aneh dengan keadaan ini.

"Ah sial. Kamar daddy dan mommy berada disana." Nora salah mengambil arah, seharusnya ia berjalan ke kiri jika ingin menuju kamar kedua orangtuanya. Ia justru berjalan ke kiri, kebiasaan Nora ketika hendak menuju kamar Xander.

Ceklek. . .

Dengan perlahan Nora membuka pintu kamar ini, perlu masuk lebih dalam lagi agar ia bisa melihat keadaan kedua orangtuanya.

"Dad. ."

"Mom. ."

"Nora." Ucap mereka secara bersamaan, setelah saling pandang satu sama lain.

"Dad, apa yang sebenarnya terjadi?."

"Apa daddy baik-baik saja. Kau terlihat sangat pucat dad?." Tanya Nora seraya menghampiri daddy dan mommy nya. Nora dapat melihat dengan jelas jika wajah Daddy nya sangatlah pucat, seperti seseorang yang sedang jatuh sakit.

"Ah ya, beberapa hari ini keadaan daddy mu sedang tidak baik-baik saja, Nora."

"Kenapa kau baru kembali sekarang, mommy sangat mencemaskan mu." Emma menggenggam tangan Nora dengan sangat erat. Ia berharap jika tidak terjadi hal buruk yang menimpa putri semata wayangnya. Sebab, sangat sulit bagi mereka untuk menghubungi Nora.

Dan ini semua karena ulah, Xander.

"Jangan khawatirkan aku mom. Aku baik-baik saja." Jawab Nora menenangkan mommy nya. Nora memang baik-baik saja, meski ada sesuatu yang sedang tidak baik-baik saja. Ah, Nora ragu untuk menanyakan.

"Syukurlah jika kau baik-baik saja Nora." Kini Mark lah yang angkat bicara. Tatapannya tidak pernah lepas dari Nora ketika wanita itu memasuki kamar ini.

Hal ini terjadi karena kecerobohan yang ia ciptakan sendiri, entah mulai darimana Mark harus menceritakan ini semua kepada Nora. Atau mungkin Nora sudah mengetahui hal ini, karena Xander yang memberitahu sebelumnya.

"Jawab pertanyaan ku dad. Apa yang sebenarnya terjadi?."

"Apa yang dikatakan oleh pria itu benar adanya?." Tanya Nora, maksud dari perkataannya adalah Xander. Nora berharap di dalam hatinya jika apa yang dikatakan oleh Xander hanyalah sebuah ancaman untuk membuat dirinya merasa takut, takluk dan tunduk kepadanya.

"Daddy tidak kehilangan perusahaan, bukan?."

"Semua yang dikatakan pria itu bohong, bukan?." Nora mencapai batas sabarnya, ia bertanya dengan menggebu-gebu dan dipenuhi oleh rasa amarah.

"Nora, tenanglah." Emma berusaha menenangkan Nora. Wanita itu memang sangat mudah tersulut emosinya. Emma mengusap-usap lengan Nora dengan lembut, agar emosi Nora menjadi lebih stabil daripada sebelumnya.

Emma ingin menjawab pertanyaan dari Nora, namun ia tidak sanggup. Kejadian ini seperti mimpi buruk di siang hari yang sangat menyeramkan.

Emma menatap suaminya, ia takut jika keadaan Mark menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Karena mereka harus membahas hal ini lagi.

"Ada apa?." Nora semakin bertanya-tanya, sebenarnya apa yang telah terjadi. Jantung Nora berdegup semakin kencang, ia menatap orangtuanya secara bergantian.

"Dengar Nora." Raut wajah Mark seketika berubah menjadi sangat serius. Ia sedikit menggerakkan tubuhnya supaya bisa bersandar pada sisi kepala ranjang.

"Mulai saat ini kau harus menjauhi pria itu. Jangan pernah termakan oleh bujuk rayunya, Nora." Lanjut Mark, sedangkan Nora ia semakin mengerutkan keningnya.

"Tidak, itu tidak benar dad."

"Dasar brengsek." Umpat Nora di depan orangtuanya. Ternyata ucapan Xander memang benar adanya. Dan dengan bodohnya Nora menganggap hal itu sebagai angin lalu saja.

"Argh sialan." Nora menjambak rambutnya sendiri, kepalanya tiba-tiba saja terasa begitu pening.

"Nora kau harus tenang nak.'' Emma mencoba menenangkan Nora dengan mengusap-usap punggung nya.

"Mom, bagaimana bisa bersikap tenang disaat seperti ini." Nora merentangkan kedua tangannya meminta penjelasan. Ia berjalan kesana-kemari sambil memijat pelipisnya.

"Ini semua adalah salah Daddy." Celetuk Mark yang membuat Nora mendekati pria paruh baya yang tengah berbaring itu.

"Apa maksudmu dad?." Tanya Nora dengan sangat serius, bola matanya seperti ingin keluar karena ia melotot tajam.

"Beberapa bulan yang lalu, perusahaan kita akan menjalin kerjasama dengan perusahaan milik Xander. Semua berjalan dengan lancar, dan kedua belah pihak sudah saling menyetujui kesepakatan yang telah dibuat."

"Huftt. . " Mark memberi jeda dan menghela nafas panjang.

"Lalu?." Tanya Nora dengan tidak sabaran.

"Namun ketika hendak menandatangani kontrak perjanjian, secara sepihak dan secara tiba-tiba daddy membatalkan kerjasama itu."

"Oh god, mengapa daddy melakukan hal itu?." Tubuh Nora seakan tidak memiliki tenaga lagi, ia merasa lemas serta pusing. Mengapa hal malang seperti ini menimpa keluarga nya.

"Entahlah. Saat itu daddy memiliki firasat buruk mengenai Xander." Mark menghela nafas panjang, tatapannya tertuju pada langit-langit kamar ini.

"Tapi sekarang. ."

"Lihatlah dad, justru kita yang bernasib buruk."

"Kenapa Daddy memiliki pemikiran seperti itu kepada Xander?."

"Daddy tahu bukan Xander bukanlah seorang billionaire biasa?." Nora tidak tahu dengan pemikiran Daddynya saat itu. Niat ingin menyelamatkan diri dari iblis, justru iblis itu yang mengejar perusahaan mereka.

"Nora, jangan berkata seperti itu."

"Jangan menyalahkan daddymu." Bela Emma, ia juga merasa syok mendengar kabar ini beberapa hari yang lalu. Namun hal ini bukan sepenuhnya salah suaminya.

"Lalu bagaimana dengan nasib perusahaan kita?."

"Kita tidak bisa membiarkan Xander merebutnya dari kita dad."

"Daddy harus berbuat sesuatu."

"Penghasilan terbesar keluarga kita berasal dari Madison Company." Apa yang dikatakan oleh Nora memang benar. Penghasilan terbesar keluarga mereka berasal dari perusahaan yang kini diakusisi oleh Xander.

"Tenang Nora, kau harus tenang. Daddy pasti akan berbuat sesuatu setelah ia sudah lebih baik."

"Daddy masih membutuhkan istirahat Nora."

"Argh." Karena terlalu emosional, Nora keluar dari kamar ini.

"Nora." Panggil Mark, ia menjadi merasa bersalah kepada putri satu-satunya itu.

"Jangan khawatirkan Nora. Kau hanya perlu beristirahat."

"Aku akan memberi penjelasan kepada Nora." Emma tidak ingin jika keadaan suaminya kembali drop karena harus memikirkan Nora juga.