Dengan mata sipit berwarna hijaunya, jiwa rubah kecil itu memandangi Cien dengan intens. Penuh pertanyaan dalam pikirannya, mengapa manusia di depannya dapat melihat dia dan terus memperhatikannya.
Cien dan rubah kecil itu saling tatap hingga kurang lebih dari satu menit. Salah satu tidak ada yang berkedip dalam waktu enam puluh detik itu. Hingga akhirnya, jiwa rubah kecil itu berkedip dan menggaruk mata dengan kakinya yang imut serta tampak bagai kapas lembut.
Melihat mata rubah itu berkedip. Cien mengangguk.
"Yosh, aku menang."
Gumamnya yang ternyata menganggap peristiwa saling tatap tadi sebagai suatu permainan yang paling lama tidak berkedip.
Jiwa rubah itu melirik manusia di depannya lagi. Benar-benar tidak mengerti apa yang ingin dilakukan manusia lelaki di depannya. Tapi, setelah tidak melihat ada reaksi lain selain saling memandang.