Cerita menarik yang diceritakan Kenzie kepadaku. (Arvin)
"Zar, lu yakin kita ke sini?" Tanyaku.
"Iya, nggak papah. Kita sudah dekat, Ken." Kami berjalan menuju rumah Eizar yang telah dibakar habis. Kemarin, pembicaraan kami terhenti, saat Eizar mengatakan dia teringat akan adiknya. Di moment tersebut dia hampir meneteskan air mata. Aku menghentikan pembicaraan kami, dan Eizar berkata kepadaku untuk menemaninya esok hari, dia ingin menunjukkan rumah lamanya kepadaku.
"Gue nggak enak sama lu, Zar. Mendatangi rumahmu yang dulu, pasti akan membuat lu kembali ingat dengan kisah tragis tersebut. Lu ceritakan saja itu sudah cukup, Zar. Nggak perlu sampai mendatangi tempat keluarga lu dibunuh."