Chereads / Senja - Keindahan Sementara Menuju Kegelapan / Chapter 3 - Chapter 3 - Arah Angin

Chapter 3 - Chapter 3 - Arah Angin

"Saat ini kita akan mendengarkan penyampaian visi-misi dari calon ketua OSIS nomor urut 1 yaitu Rahel Grizelle. Waktu dan tempat dipersilahkan." Seren selaku ketua panitia juga merangkap sebagai moderator saat ini.

Terlihat Rahel naik ke atas podium dan bersiap menyampaikan visi-misi nya. "Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera untuk kita semua. Saya sebagai calon ketua OSIS nomor urut 1 akan menyampaikan visi-misi yang akan menjadi tujuan utama dalam kepemimpinan saya jika terpilih nanti." Rahel sedikit melirik ke arahku, aku sempat mengangkat alisku untuk membalas lirikannya. "Visi saya adalah menjadikan OSIS sebagai organisasi siswa yang menegakkan kedisiplinan dan keadilan agar lulusan dari sekolah ini terkenal dengan kedisiplinannya dan menjadi salah satu daya tarik dalam dunia kerja. Maka dari itu untuk menunjang visi tersebut, akan dilakukan langkah-langkah yang termuat dalam misi saya, yaitu

1. Membuat komisi disiplin yang beranggotakan 1 orang dari setiap kelas.

2. Mengadakan rapat evaluasi seminggu sekali hasil dari pantauan komisi disiplin.

3. Memberi sanksi kepada organisasi ekstrakurikuler dalam sekolah yang tidak aktif atau tidak memiliki program kerja yang berdampak.

Demikian visi dan misi saya. Terima Kasih." Rahel beranjak turun dari podium. Aku sudah bisa menebak tujuan utamanya, dia itu gila ya. Sampai membuat mata-mata di masing-masing kelas. Welcome di sekolah penjara, jika sampai Rahel terpilih, ucapkan selamat tinggal kepada kebebasan. Terlihat beberapa siswa di kelasnya sangat semangat dengan penyampaian tadi, mereka memang orang-orang yang terlalu kaku, disiplin tingkat dewa. Meremehkan orang-orang yang sering lambat seperti aku. Beberapa siswa yang tergabung dalam organisasi juga seperti memberikan ekspresi wajah kosong, tidak peduli. Hampir setiap orang yang mencalonkan dalam ketua OSIS adalah tipe orang yang kaku, sok disiplin. Jadi semua siswa sebenarnya tidak antusias dalam pemilihan, yah sama seperti aku sih. "Bagaimana menurutmu?" Farrel bertanya kepadaku.

"Visi nya itu membuat penjara di sekolah." Aku sedikit tertawa.

"Tapi memang sudah sewajarnya kita sebagai siswa harus disiplin, bukan?" Farrel terlihat mendukung pernyataan Rahel.

"Dengan cara membuat 1 orang di kelas menjadi pengkhianat untuk teman-temannya yah?" Aku bertanya dengan wajah sinis ke Farrel, dia sedikit terdiam.

"Ini sih pertarungan langsung, karena sangat bertentangan dengan tujuan kamu, Ken." Arvin memotong pembicaraan kami.

"Kayaknya Kenzie bakal menang deh, jelas orang tidak ingin sekolah seperti di penjara. Selamat Kenzie." Jesica tersenyum simpul, memberikan gerakan tepuk tangan tanpa suara.

"Selanjutnya kita akan mendengarkan penyampaian visi-misi dari calon nomor urut 2 yaitu Kenzie. Waktu dan tempat dipersilahkan." Seren melihat kearahku. Wajahnya tampak cerah. Aku melangkah naik ke atas podium. "Ehmmm… yah Terima kasih buat kesempatannya. Saya tidak banyak basa-basi di sini. Visi saya sederhana saja, yaitu Menjadikan OSIS sebagai media aspirasi siswa dan memperjuangkan kebebasan berekspresi di sekolah. Mmmm dan misi saya adalah

1. Membuat OSIS terasa tidak eksklusif untuk semua orang agar mereka dapat menyampaikan aspirasi dengan bebas.

2. Membuat peraturan sesuai keinginan dan kebutuhan siswa untuk diajukan ke dewan pembina sekolah.

3. Memberikan kebebasan para siswa untuk menjalani minat dan bakatnya dengan cara mempermudah pembuatan organisasi ekstrakurikuler.

Yah demikian visi-misi saya. Semoga teman-teman tidak memilih masuk penjara." Suara riuh dari teman-teman sembari aku turun dari podium, seakan bertanya apa maksud dari perkataanku semoga teman-teman tidak memilih masuk penjara. Farrel tampak tersenyum. Dia mengerti maksud perkataanku yang menyerang secara tidak langsung visi-misi dari Rahel, padahal belum sesi debat, aku sudah memberikan serangan.

"Saat ini kita akan masuk pada acara selanjutnya yaitu sesi debat." Seren memberi instruksi kepada panitia untuk memindahkan podium dan mengatur meja dan kursi posisi debat. Aku dan Rahel dipanggil untuk duduk di tempat yang telah disediakan. "Sesi debat ini akan saya pimpin, dan akan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu pertanyaan seputar visi-misi masing-masing dan program kerja yang direncanakan. Kita akan mulai pada visi-misi calon ketua OSIS nomor urut 1, Rahel Grizelle. Visi dari Rahel adalah menjadikan OSIS sebagai organisasi siswa yang menegakkan kedisiplinan dan keadilan agar lulusan dari sekolah ini terkenal dengan kedisiplinannya dan menjadi salah satu daya tarik dalam dunia kerja.

Misi Rahel, yaitu

1. Membuat komisi disiplin yang beranggotakan 1 orang dari setiap kelas.

2. Mengadakan rapat evaluasi seminggu sekali hasil dari pantauan komisi disiplin.

3. Memberi sanksi kepada organisasi ekstrakurikuler dalam sekolah yang tidak aktif atau tidak memiliki program kerja yang berdampak.

Di persilahkan untuk Kenzie jika ada pertanyaan atau komentar tentang visi-misi tersebut." Rahel dan Seren memandangiku. Begitu juga semua orang, fokus mengarahkan pandangannya kepadaku.

"Yah kalau dari saya cukup, tidak ada pertanyaan maupun komentar." Aku menyeringai sambil melihat Rahel yang tampak cemberut dan kesal melihat tingkahku. Terdengar tawa dari para siswa lainnya.

"Oke, kalau begitu kita langsung lanjut kepada visi-misi calon ketua OSIS nomor urut 2. Visi calon ketua OSIS nomor urut 2 adalah Menjadikan OSIS sebagai media aspirasi siswa dan memperjuangkan kebebasan berekspresi di sekolah kita. Misinya adalah

1. Membuat OSIS terasa tidak eksklusif untuk semua orang agar mereka dapat menyampaikan aspirasi dengan bebas.

2. Membuat peraturan sesuai keinginan dan kebutuhan siswa untuk diajukan ke dewan pembina sekolah.

3. Memberikan kebebasan para siswa untuk menjalani minat dan bakatnya dengan cara mempermudah pembuatan Organisasi ekstrakurikuler.

Di persilahkan untuk Rahel jika ada pertanyaan atau komentar tentang visi-misi tersebut." Seren memandangi Rahel, aku memberikan senyum sindiran kepada Rahel.

"Saya ingin mempertanyakan visi dari Kenzie tentang kebebasan berekspresi. Kebebasan seperti apa yang anda maksud? Apakah bebas untuk terlambat ke sekolah atau bebas melanggar aturan?" Rahel memberikan pertanyaan dengan nada tinggi, terdengar sedikit ketus. Percayalah semakin tajam pertanyaan lawan, justru akan membuat kita semakin menjelaskan atau mendeskripsikan lebih detail tentang maksud dan tujuan kita sendiri. Jelas aku mendapat lebih banyak momen dan waktu untuk menjelaskan. Itu juga yang menjadi alasanku untuk tidak bertanya tentang visi-misinya, agar dia tidak punya kesempatan untuk menjelaskan.

"Bagi saya, setiap siswa itu unik, memiliki minat dan bakat yang berbeda. Bahkan jika mereka memiliki minat atau bakat yang sama misalnya di bidang sepak bola, mereka tetaplah tidak sama. Contohnya yang satu berperan sebagai penyerang, yang satunya berperan sebagai penjaga gawang dan masih banyak lagi. Jelas tidak sama bukan? Jadi kebebasan berekspresi yang saya maksud adalah memberikan ruang kreativitas bagi setiap siswa dengan memberikan kemudahan dalam membentuk organisasi ekstrakurikuler atau komunitas yang akan membantu minat dan bakat mereka. Itulah yang menjadi tujuan saya jika terpilih nanti." Terdengar suara riuh dari para penonton debat, bahkan ada teriakan dari arah belakang "Kami mendukungmu Kenzie." Kemudian diikuti sorakan dari hampir semua siswa, "Kenzie…. Kenzie…. Kenzie." Wah gila, padahal aku asal ngomong. Tampak wajah kesal ditunjukkan Rahel.

"Mohon tenang semua, debat masih sedang berlangsung." Seren memberi instruksi untuk tetap tenang. "Apakah ada tanggapan dari Rahel tentang pernyataan dari Kenzie?" Aku dan Seren kembali melirik ke arah Rahel yang sedang kesal, karena panggung debat mulai berat sebelah. "Tanggapan dari saya, bagaimana jika organisasi ekstrakurikuler makin banyak seperti tujuan yang anda ingin capai. Pasti anggaran akan membesar bukan? Bahkan tidak cukup." Wah lumayan kritis juga Rahel dengan pertanyaannya. "Justru itu bukan masalah, anda terlalu fokus dengan permasalahan-permasalahan yang ada. Jika saya terpilih nanti, untuk biaya-biaya organisasi ekstrakurikuler nanti, kita akan filter mana yang penting untuk dibiayai. Agar dana itu dapat dengan efektif digunakan. Contohnya yang diutamakan adalah yang akan mengikuti lomba. Jadi jelas untuk organisasi baru, dengan tujuan hanya untuk mengembangkan minat dan bakatnya, mereka haruslah cerdas dalam mencari dana. Bisa dalam bentuk iuran di keanggotaannya sendiri atau pencarian dana yang mereka kerjakan seperti bazar dan lain-lain. Jadi bagi saya, dana atau uang bukanlah penghalang, tergantung niat dari orang-orangnya." Tumben bahasa aku tidak belepotan atau tersendat-sendat.

"Ya, itu tadi tanggapan dari Kenzie, apakah dari Rahel masih ada pertanyaan seputar visi-misi untuk Kenzie?" Ucap Seren.

"Sudah cukup." Suara Rahel terdengar kesal. Kayaknya dia sadar, ketika dia ingin memojokkanku justru itu menjadi bumerang baginya.

"Selanjutnya kita akan masuk pada sesi kedua, yaitu seputaran rencana program kerja apa yang akan dilaksanakan jika terpilih nanti. Dipersilahkan untuk Rahel memberikan pertanyaan."

"Mmmm saya ingin bertanya untuk Kenzie, rencana program kerja apa saja yang akan anda lakukan jika terpilih nanti?" Rahel sedikit tenang dalam bertanya, tidak terkesan kesal seperti tadi.

"Kalau bagi saya program kerja yang akan dilakukan oleh OSIS nanti, alangkah baiknya sesuai kebutuhan dari siswa itu sendiri. Sehingga saya tidak akan egois dalam perencanaan program kerja. Sesuai dengan Misi saya membuat OSIS terasa tidak eksklusif untuk semua orang, sehingga dalam perencanaan program kerja melibatkan para siswa dalam membentuknya. Jadi untuk saat ini saya tidak akan memberikan jawaban yang pasti untuk program kerja yang akan saya lakukan jika terpilih nanti." Aku menoleh ke arah para penonton debat ini. Mereka takzim mendengarkan perkataanku. Jika apa yang aku bilang saat ini hanyalah sebuah kebohongan belaka, maka aku pastilah sangat cocok menjadi anggota DPR yang kerjanya hanya menyebar janji untuk kepentingan politik tanpa merealisasikannya. Walau tidak semua anggota DPR begitu sih.

"Dari Rahel, apakah masih ada tanggapan atau pertanyaan?"

"Sudah cukup." Sepertinya Rahel tidak ingin menekan seperti tadi.

"Selanjutnya dipersilahkan untuk Kenzie memberikan pertanyaan seputar program kerja yang akan dilakukan jika Rahel terpilih sebagai ketua OSIS."

"Yah sama seperti tadi kalau dari saya cukup, tidak ada pertanyaan maupun komentar. Karena sudah jelas tergambarkan di visi-misi Rahel bahwa program kerja yang akan dilaksanakan seputar rapat evaluasi. Mencari kesalahan orang untuk ditindak oleh komisi disiplin. Mmmm pasti sangat monoton ya…" Wajah Rahel memerah, sepertinya aku berhasil menyinggung harga dirinya. Dia terlihat sangat kesal dan benar saja dia terpancing untuk bicara, Rahel berdiri sambil menunjukkan telunjuknya terhadapku.

"Monoton!!? Maksud lu apa!? Bukankah justru lu yang gak punya ide sama sekali!? Malah berkamuflase dengan alasan ingin melibatkan semua orang!"

"Maaf…. Rahel, anda belum dipersilahkan untuk bicara." Seren menyergah, memotong perkataan Rahel. "Tadi, dari Kenzie berkata tidak ada pertanyaan maupun komentar. Sehingga tidak perlu ada jawaban dari Rahel. Tapi buat Kenzie, jika tidak ada pertanyaan atau komentar, tidak perlu menebak-nebak seperti tadi." Seren lumayan jeli, perkataan awalku membuat Rahel tidak diberi kesempatan untuk menanggapi, tapi aku dengan sengaja menambah kalimat provokasi yang membuat Rahel emosi.

"Maaf." Aku menanggapi dengan santai, para penonton sedikit terkejut dengan apa yang barusan terjadi.

"Ya Terima kasih untuk kedua calon ketua osis kita, sebagai penutup…. Saya ingin masing-masing calon untuk menyampaikan apa kelebihan dari lawan anda. Dimulai dari Rahel".

Rahel diam sejenak. "Sudah cukup, saya tidak bisa menilai."

Aku tertawa renyah mendengar apa yang dikatakan Rahel, Seren menoleh kearahku, memberi tanda untuk aku tetap tenang.

"Mmmm oke, dari Kenzie, apa kelebihan lawan anda?"

"Menurutku Rahel itu tipikal orang yang disiplin dan tegas, dan sangat cocok menjadi wakil ketua OSIS saat saya menjabat nanti." Aku memberikan senyuman ke arah Rahel yang sedang bergumam kesal, para penonton tertawa takzim mendengarkan kata penutup dariku.

"Demikian debat calon ketua OSIS kita, Terima kasih buat teman-teman yang telah menonton acara debat ini."