Tasya memaksa untuk keluar dari rumah sakit, kalau tidak dia akan melanggar apapun yang dokter katakan kepadanya, mereka tidak bisa melakukan apapun selain membawa Tasya untuk kembali dengan mereka.
Walaupun rasa sakit yang masih dia rasakan dia tidak pernah mau untuk tinggal di sana, karena rumah sakit memiliki cerita kelam untuknya, dia muak dengan semua hal ini.
"Sya"
"Hmm?"
"Kalau kita cari pengobatan herbal gimana?"
"Iya Mas"
Senyum itu terbit di paras lelah Bimo, setelah mereka berdebat sedemikian rupa, Tasya mulai mengalah, karena rasanya lelah dan sia-sia menolak semua kebaikan orang lain.
Naya mengambil alih kaki Tasya, memijit lembut di sana, atensi Tasya berubah, dia melihat perlakuan manis dari orang sekitarnya secara terus menerus, rasanya menyakitkan jika yang peduli bukan yang seharusnya peduli, tapi orang lain.
"Gak usah nangis lagi Sya, sakitnya bakal nambah kalau kamu nangis"
"Makasi Mba"