Jakarta.
Senja POV.
Pikiranku penuh, telingaku berbisik ramai, aku sibuk memikirkan apa yang sebenarnya Bumi lakukan hingga membuat Tasya menyerah.
Memang dari awal toh mereka tidak memiliki perasaan, tapi dari cara Tasya menangis sekarang mustahil cinta itu tak tumbuh di dalam hatinya.
Aku tak pernah tau bagaimana otak Bumi bekerja, memang awalnya aku tau dia akan melakukan ini, tapi waktu itu aku tak menanggapinya, hanya berprasangka sebagai lelucon, tapi sial dia benar-benar melakukannya.
Dia hanya takut Bumi benar-benar membunuh Tasya seperti apa yang dia katakan waktu itu.
"Agung hubungin aku, dia tau di mana Tasya sayang, mereka bareng" Elang sibuk dengan gawainya.
Aku pikir dia tidak peduli dengan ini, bukan aku cemburu bukan, aku hanya salut aja karena sebegitu pedulinya dia dengan nasip seorang perempuan.
"Kamu terbaik Mas"