Chapter 11 - sebelas

Tasya mengunyah makanannya dengan semangat jujur ini adalah makanan cepat saji terenak yang dia makan sepanjang hari ini, iya karena ia belum memakan apapun dari semalam, jadi untuk yang ini dia memuji rasanya.

"Beli dimana?"

"Ada rumah makan ASIA deket kampus"

"Enak banget"

"Abisin"

"Iya"

Bumi masuk ke kamarnya, ini sudah jam 4 sore, dan Bumi harus menyelesaikan tugasnya sebelum nanti malam dia ke apartemen Agung untuk membantu laki-laki itu pindahan.

Dia memindahkan semua buku dan laptop ke ruang tamu, agar dia bisa melihat Tasya sudah makan dengan benar atau belum.

"Makan Sya, ngapain lo bengong sih"

"Lo ngapain Mi?"

"Lagi macul sawah, ya nugas lah ngapain lagi"

"Ya kan gak biasanya, eh lo mau makan apa? Gue ma..

"Duduk dan makan, gue gak akan makan apapun masakan lo kalau lo lupa"

"Ya namanya juga usaha kan Mi, kali aja lo jatuh cinta sama gue karena masakan gue" ucap Tasya sembari mengedipkan mata genitnya.

"Gak usah mimpi deh lo, gue tu gak bakal jatuh cinta sama lo, pegang omongan gue"

"Nye nye nye, siapa yang tau nanti"

Tasya, si gadis bodoh itu, masih bersusah payah menelan makanan yang baru saja dia suapkan ke mulutnya, ya itu semata karena jawaban Bumi, walaupun memang dari awal lidahnya tak terlalu tertarik dengan makanan ini, tapi yang lebih sakit itu ya apa yang baru saja keluar dari mulut sang suami.

"Pernikahan ini hanya status jadi gak usah lo berharap lebih, gue boleh jatuh cinta sama orang lain dan lo juga, tapi jangan sesekali lo pergi, karena kalau itu kejadian keluarga lo akan hancur di tangan gue, ngerti lo"

Mau tidak mau Tasya mengangguk pasrah, karena apapun yang dia lakukan akan salah di mata Bumi, bagaimanapun dia membenarkan dirinya, tetap dia akan selalu hina.

"Makan, itu mahal"

"Oke Mi"

Bahkan Bumi tak peduli dengan kondisinya saat ini, awal yang bagus untuk membuatnya terkesan, tapi sial kenapa setelahnya dia kembali membuat hatinya hancur tanpa jeda.

Mata Tasya tak sedikitpun beranjak dari Bumi, hingga pergerakan tiba-tiba Bumi membuat Tasya terjatuh, namun bukannya membantu Bumi malah berlari dengan panik ke luar dari unit mereka.

Dengan hati-hati Tasya mencoba untuk bangun kembali, dia menyimbah dasternya dan ya lukanya bertambah parah, kali ini kembali ada darah bahkan di tempat yang berbeda.

"Lucu banget, gue yang ngejengkang aja gak di peduliin, itu emang siapa sih yang di telphone, panik banget, apa pacar Bumi? Pacar?...

Tasya tersentak dengan ucapannya sendiri, Bumi punya pacar? Siapa?, Ya memang tidak mungkin jika itu bukan pacar tapi malah panik seperti itu.

🔺🔻🔺

Bumi melaju dengan kencang, setelah telphone dari Ayumi yang mengatakan dia jatuh tadi, seharusnya dia tak pulang kemarin agar bisa merawat gadis itu, ya masalahnya kalau jatuh lagi akan lebih fatal lagi yang terjadi pada kakinya.

Sementara Agung juga tak hentinya menghubungi Bumi, ya yang pasti sekarang Agung bukan prioritasnya, Bumi tak menjawab sekalipun panggilan itu

Cukup lama terjebak dalam rasa panik, ini sudah sore otomatis para penghuni dorm sudah kembali ke kamar mereka masing-masing, begitupun Bumi melihat banyak orang di depan kamar Ayumi, dan satu kursi roda yang kosong.

"Kee Ayumi mana?"

"Dokter, I telat datang tau, so sorry, padahal I tadi dia telphone dah"

"So dia di dokter mana?"

"Dokter asrama la, follow I"

Bumi berlari menuju lantai dua, ya karena unit kesehatan ada di sana, netra matanya menangkap Ayumi yang tengah meringis kesakitan.

"Yumi"

"Bumi, akhirnya lo dateng juga"

"Lo kenapa?"

"Ya tadi tu kursi rodanya macet, gue paksain eh malah nyungsep"

Bumi menyentil kening Ayumi gemas, karena setau dia hari ini itu Ayumi ada orang yang menjaganya, tapi malah tidak dia tidak melihat siapapun yang ada di ruangan ini.

"Lah katanya lo sama sodara lo Yum"

"Sodara? Tak ada pun, dari pagi cume I dan die yang ada di dorm, kate die tak mau engkau repot tau" itu Kee yang bicara.

Pandangan menakutkan Bumi cukup membuat Ayumi salah tingkah, ya memang itu kenyataannya, dia hanya tak mau seluruh waktu Bumi hanya untuk nya.

Toh Bumi pasti punya kehidupan lain, kalau terfokus padanya saja ya kasian Bumi nya juga, ya setidaknya itu yang ada dalam pikiran Ayumi saat ini.

"Padahal gue gak ngapa-ngapain, pagi gue tidur, jam 11 nge-Gym trus ngopi, bosan banget sih, cuma ya tadi ketemu sama temen gue dari Indo dia minta tolong buat pindahan, lo mau ikut ketemu dia gak?"

"Gak usah deh Mi, gue mau istirahat aja, lumayan sakit soalnya"

"Rase I ni obat nyamuk je, dah lah I nak beli coffee dulu, ada nak titip ke?" keera membereskan isi tasnya.

"Gak deh Kee, tapi lo kesini lagi ya"

"Siap, dah I titip Yumi kejap ye, kejap Je" tambahnya.

"Iya iya bawel lo" balas Bumi sewot.

Mungkin adegan baku hantam ini adalah salah satu hal yang tak bisa terlewatkan, selama sebulan ini Ayumi selalu menikmati semuanya tanpa jeda, entah itu Keera yang memulai atau Bumi yang memancing entahlah, kedua manusia itu kalau tidak ribut satu hari saja mungkin bisa ambeyen.

Sementara di tempat lain, Agung datang ke apartemen Bumi ya karena ada tertera di kartu namanya, ya karena memang ada banyak hal yang ingin dia tau dan minta tolong pada laki-laki itu.

Berulang kali dia memencet belnya, tidak ada jawaban, tapi pintu unit mereka terbuka sedikit, apa memang tidak terkunci, entahlah dia tidak tau.

"Mi sorry gue lancang, lo di dalem kan Mi?"

Yang Agung lupa adalah, Bumi sudah memiliki istri.

Tasya yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut bukan main kala melihat ada orang asing di dalam rumahnya.

"Astaga sorry Sya, gue lupa Bumi udah ada istri, gue kesini mau ketemuan ama Bumi soalnya dia udah janji jam 5 mau bantuin gue." Ujar Agung tak enak.

"Ah ya Bang, tapi Bumi gak ada, tadi dia lari aja gitu panik banget kayaknya"

Karena memang itu kenyataannya, Bumi bahkan sepertinya lupa mengunci pintu mereka.

"Sory gue ga..

Namun atensi Agung teralihkan dengan luka lebam di pipi, lengan bahkan paha milik Tasya, karena memang karena panas yang dia derita tadi membuat bajunya basah hingga dia memutuskan untuk memakan sot dan tangtop saja, tapi sepertinya ini adalah pilihan yang salah.

"Bang"

Tasya memeluk dirinya erat, merutuki kesalahannya dalam pemilihan busananya hari ini.