BUMI UNTUK TASYA (Sequel Sekala Senja)

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉenda_your_bae
  • 401
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 36.8k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Satu

Disclaimer : sebelum membaca cerita ini, alangkah baiknya untuk membaca cerita sebelumnya yang berjudul SEKALA SENJA (di webnovel), karena ini adalah sequel dari cerita tersebut.

๐Ÿ”บ๐Ÿ”ป๐Ÿ”บ๐Ÿ”ป๐Ÿ”บ๐Ÿ”ป๐Ÿ”บ๐Ÿ”ป๐Ÿ”บ๐Ÿ”ป๐Ÿ”บ๐Ÿ”ป๐Ÿ”ป๐Ÿ”บ๐Ÿ”ป๐Ÿ”บ๐Ÿ”ป๐Ÿ”บ๐Ÿ”ป

"Saya terima nikahnya Tasya Rafanka Atmaja binti Yudi atmaja dengan seperangkat alat shalat dan uang dua ratus tiga puluh juta rupiah serta satu buah mobil mini Cooper di bayar tunai"

"Bagaimana saksi?"

"Sah"

"Alhamdulillah..

Berbagai do'a mulai menggema di ruangan ini, balairung yang megah tempat mereka melaksanakan pernikahan kedua mempelai itu dipenuhi rasa haru, keluarga Hans dan Hana selaku orang tua Bumi dan Yudi beserta Ayu selaku orang tua Tasya merasa sangat bahagia karena telah berhasil menemani anak mereka masing-masing hingga menemukan kehidupan baru dalam kisah mereka.

Sehabis ijab kabul mereka langsung mengadakan pesta, karena Bumi meminta acaranya sehari saja dan dia akan berbulan madu setelahnya, semua keluarga setuju akan itu.

Senyum itu bahkan tak sekalipun luntur dari bibir mereka, telapak tangan yang tak berhenti bersalaman, menebar kebahagiaan yang sedang mereka rasakan.

Berbeda dengan Bumi dan Tasya, meraka sedang menikmati emosi masing-masing, Bumi dengan pikiran liciknya, dan Tasya dengan kemarahan sekaligus ketakutannya.

Sampai hari ini terjadi tak ada perasaan yang hadir dalam relung hati mereka, bukan nikah karena paksaan orang tua, ini hanya pernikahan bodoh yang dia saja tak mampu menolaknya, Bumi seakan bagaikan alpha dalam hidupnya, berkata tidak saja sudah bagaikan hal yang fatal untuknya.

"Selamat Bos ku bisa enak-enak ntar malam" Agung menjabat tangan Bumi dan membenturkan tubuhnya, jabatan big bro mereka memanggilnya.

"Thank you ya lo udah dateng" Bumi tersenyum pongah.

"Iye, ah anak-anak rada telat katanya, ujan bro di luar biasa anak motor, gue kan kesini ama emak gue pakek mobil lah sabi, eh selamat Sya, walaupun gak kenal amat seengaknya lo istri sohib gue sekarang" Agung menjabat tangan Tasya lembut, namun tatapan sendu itu tidak bisa Agung sembunyikan.

Lagi dan lagi dia harus memainkan perannya, pura-pura bahagia dengan pernikahan mereka, menyebalkan.

Hampir 7 jam lebih dia berdiri, rasanya semua aksesoris ini menekan tubuhnya, Tasya mendudukan dirinya, namun dengan cubitan kasar Bumi menyuruhnya kembali berdiri karena tamu akan kembali bersalaman dengan mereka.

"Sakit Mi, lagian gue capek" Tasya berkata pelan.

"Gue gak akan kasih lo istirahat lo tau, habis acara ini lo harus layanin gue, ngerti lo" ucapnya sarkas.

Bulu kuduk Tasya berdiri, dia bergidik ngeri kala mendengar semua ini, dia mulai berfikir apa hari ini awal dari semua penderitaannya.

"Selamat Mi" Senja tersenyum tulus.

"Makasi udah dateng ya Sen, lo makan yang banyak ya, terus di situ ada sate Padang yang enak banget mereka udah tau wajah lo, lo bisa makan sepuas yang lo ma..

Senja mengehentikan celotehan Bumi dengan meremas tangan sahabatnya itu, demi apapun dia tak enak dengan Tasya, sekarang Bumi sudah menjadi suami orang bukan lagi single yang bisa saja menggoda dan digoda.

"Lo gak usah lebay gue gak mungkin makan semua sate Padang lo Mi" ucap Senja lembut.

"Ah selamat ya Sya" Senja mengulir tangannya untuk mendapat jabatan tangan dari Tasya.

Namun gadis itu hanya menatapnya bengis, tak sekalipun dia mau menjabat tangan Senja, namun tatapan benci yang Bumi berikan kepadanya membuat nyalinya menciut, Tasya meraih tangan Senja lalu meremasnya kuat.

"Awww" ringis Senja.

"Sen kenapa?" Bumi terlihat khawatir.

"Ah gak, gue ke sana dulu ya, selamat sekali lagi" Senja mengibaskan tangannya dengan raut wajah kesakitan, demi Tuhan remasan Tasya sangat keras belum lagi nail art yang dia gunakan menembus telapak tangannya, bahkan kuku Tasya tertinggal di telapak tangan Senja karena saking kerasnya dia menekankan kuku palsu itu.

"Brengsek, lo sakitin Senja?" Bisik Bumi pelan.

"Gak"

"Lo nyakitin dia, lo harus terima akibatnya" Bumi menjauhkan wajahnya dari telinga Tasya.

Perlakuan Bumi barusan cukup membuatnya takut, hingga dengan tidak sadar dia menggigit bibirnya kuat karena cemas.

"Selamat Mi" Biru tak kalah ramah.

"Thank you Bi, Kayla mana?" Bumi mengedarkan pandangannya mencari keberadaan kekasih baru sahabatnya itu.

"Tu dia kena macet di Bintang" Biru terkekeh melihat betapa histerisnya Kayla melihat Bintang, padahal tadi dia baru saja turun dari mobil keluarga Elang.

"Woy Bi buruan ngantri ni" Alex berteriak kesal.

"Ya elah, ya udah selamat ya bro, tu anak udah laper kayaknya, ah iya selamat juga ya Sya" Biru menjabat tangan Tasya, namun mengerutkan keningnya kala merasakan tangan Tasya lembab ah tidak ini sangat basah.

"Sya are you oke? Tangan lo basah banget" Biru bertanya karena penasaran.

Namun sebelum Tasya menjawab Bumi melepaskan genggaman Biru terhadap tangannya, dan mengatakan jika Tasya baik-baik saja, tidak mau mengambil pusing Biru turun dan bergabung dengan Agung dan anak-anak yang lainnya.

"Lo pakek tisu sekarang, jangan buat orang curiga" bisik Bumi lagi.

"Oo. Ooke" jawab Tasya berusaha mempertahankan emosi di dalam dirinya, dia tidak ingin seseorang curiga kalau dia berada dalam tekanan Bumi, dia hanya takut Bumi akan melakukan sesuatu hal yang gila kepada dirinya.

Sementara tak jauh dari sana Senja menatap tangannya yang berdarah karena kuku Tasya tadi, dia membuang asal kuku yang tak sengaja terbawa olehnya, belum lagi jejak ini, ah dia harus mengatakan apa kepada Elang, belum lagi ini sangat perih rasanya.

"Kenapa sayang?" Elang merenggangkan tubuhnya.

"Anak aku mana?"

"Tu sama Kayla sama Atta, suruh tu Bumi nikahin udah mau punya anak tu dia" Elang terkekeh, karena tadi kupingnya hampir saja pecah mendengar teriakan histeris ala Kayla saat matanya menangkap keberadaan Bintang.

"Kamu sana suruh, eh Baba gak mau salaman gitu?" Senja mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Kayla.

"Gak ah males, yang cowonya benci sama aku, yang cewe nya ngarep sama aku mending di sini ngabisin puding dari pada pusing" Elang menelan puding coklat tanpa mengunyahnya.

Senja memukul perut Elang gemas, kebiasaan suaminya ini yang kadang membuatnya kesal, Elang sering kali tidak mengunyah makanan yang bertekstur lembur padahal bagaimanapun itu tetap harus dikunyah.

"Kunyah dulu ih kamu mah" protes Senja.

"Iya iya bawel banget istri aku"

Namun atensi Elang tertuju pada telapak tangan Senja yang berdarah, karena kebiasaan Senja jika berdarah dia menunggu dulu darahnya sampai kering baru di bersihkan, karena menurutnya hanya sia-sia menghentikan darah yang keluar karena tipikal darah O adalah darah yang intensitas pembekuannya cepat.

"Kenapa ni? Jangan bilang ini kelakuan Tasya" raut tak suka itu hadir pada paras menawannya.

"Udah biarin aja, kali aja dia kesel aku seragaman kayak anak panti gini sama kamu" Senja masih membuat lelucon dengan semua ini.

"Aku gak suka ya sayang, gila aja dia" protes Elang.

"Udah, ini hari bahagia mereka, jangan di rusak ya please" Senja menggenggam tangan Elang erat, karena dia tidak ingin suaminya menghancurkan semua ini karena hal yang menurutnya bukan masalah yang harus dijadikan masalah.