Pagi hari, Jihan sudah tiba di kampus. Ia merasa sedikit lebih tenang, lebih ceria. Semenjak putus dengan Farel, hidupnya jadi terlepas dari beban. Tak seharusnya ia menganggap Farel itu sebagai beban, tapi itulah yang ia rasakan selama ini.
Farel tidak pernah menunjukkan perhatiannya lagi. Berpacaran dengan tidak berpacaran tidak ada bedanya. Mungkin hanya status yang berbeda. Lalu ada sesekali telepon dan pesan singkat dari Farel. Itu pun Jihan yang lebih dulu menghubungi Farel, bukan sebaliknya.
Kencan mereka hanya beberapa kali saja. Tidak seperti Ben dan Briella yang setiap hari bertemu, setiap hari kencan, setiap hari berciuman atau bahkan bercinta.
Mereka memang pasangan yang hot. Jihan tidak akan menyamakan dirinya dengan Ben dan Briella.
Namun, tetap saja ada perasaan iri melihat sahabatnya yang bisa bersikap baik pada kekasihnya, tapi Jihan tidak mendapatkan apa pun. Sungguh menyedihkan.
