Briella mendesah. "Aku sudah tidak peduli lagi dengan omongan orang lain. Aku hanya ingin bersama denganmu, Ben. Ayolah. Izinkan aku untuk tinggal bersamamu. Kita bisa bercinta setiap malam."
Briella tersenyum sambil menggenggam tangan Ben, tapi Ben melepaskan tangannya.
Jantung Ben berdetak cepat. Tidak seharusnya Briella berkata seperti itu. Ben tidak akan pernah siap untuk tinggal bersama Briella. Jika mereka tinggal di London, mungkin hal itu akan terlihat lumrah saja.
Namun, mereka tinggal di Indonesia. Ben tidak bisa melakukan ini.
"Briella, aku akan selalu menjunjung tinggi harga dirimu. Aku tidak mau orang lain membicarakanmu meskipun kamu tidak peduli. Tidak ada salahnya jika kita bersabar beberapa tahun lagi hingga kita sama-sama selesai kuliah, lalu bekerja. Kita akan melakukan apa yang menjadi cita-cita kita."
"Tapi, Ben, aku sudah memutuskan—"