"Ben?"
Briella tengah menatapnya dengan mata yang sembab. Hati Ben serasa diiris-iris oleh pisau beracun. Ia tidak tega melihatnya sedih seperti itu. Semua ini adalah salahnya. Seharusnya, ia tidak pernah bercinta dengan Briella semalam.
Ben terus menerus menyalahkan dirinya sendiri karena perbuatannya semalam. Sikap Briella yang dingin tadi itu telah membuatnya pedih sekali hingga ia pikir, ia akan kehilangan Briella untuk selamanya.
Tidak sedikit pun Briella mau melihat wajahnya. Kekasihnya itu pergi begitu saja meninggalkannya di parkiran mobil. Dan lagi Briella tidak mau makan siang dengannya.
Syukurlah, Ben masih bisa melihatnya tadi meski hanya sanggup memperhatikannya dari jauh. Nafsu makannya melayang begitu saja melihat Briella yang hanya menoleh ke belakang dan tidak mau menanggapinya sama sekali.
Dan kini, Briella tengah berdiri di hadapannya. Mereka adalah sepasang kekasih, tapi mengapa mereka malah menjauh seperti ini?