"Ben!" seru Jihan. "Akhirnya, aku menemukanmu!"
Ben susah payah mencapai punggungnya untuk mengusapnya. "Astaga, Jihan! Sakit sekali pukulanmu itu!"
Jihan malah terkekeh. "Maaf, maaf. Aku tadi terlalu bersemangat. Uhm, aku senang sekali melihatmu."
"Ah, alasan! Kamu memang sengaja ingin memukulku!"
"Bagaimana kabarmu, Ben? Kamu baru saja mengantar Briella ke kelas ya?" tebak Jihan.
"Ya. Kamu sendiri bagaimana? Ayo, kamu belum bercerita apa pun semenjak kencanmu dengan Farel. Kamu sudah jadian dengannya ya?"
Jihan tertawa-tawa genit. "Iya. Belakangan ini aku sibuk, jadi aku belum sempat cerita apa pun padamu. Kamu sendiri masih melanjutkan sandiwaramu itu di depan semua orang?"
"Sandiwara apa?"
"Kamu kan pura-pura pacaran dengan Briella," ujar Jihan seolah itu sudah jelas.
Ben terkekeh sambil mendengus mengejek. "Kamu ini tidak tahu apa-apa. Aku dan Briella benar-benar berpacaran sekarang."
"Wah! Serius, Ben?! Selamat ya!" Jihan menepuk-nepuk bahu Ben.