Ben menunggu beberapa detik hingga Briella mengangkat teleponnya. Hatinya malah jadi cemas. Ia takut jika Briella masih marah padanya.
Tidak masalah jika hanya sekedar marah, tapi bagaimana jika Briella sedang bersedih dan melakukan hal yang konyol?
Dengan debar jantung yang tak karuan, Ben menanti Briella untuk mengangkat telepon. Nada deringnya tersambung sudah beberapa kali, tapi Briella masih belum mengangkatnya.
Bisa jadi wanita itu sudah tertidur. Ben tidak tahu jadwal kuliahnya.
Ben pun putus asa. Ia hendak menutup teleponnya ketika ia mendengar suara Briella di telepon.
"Halo?"
Senyum Ben pun mengembang. Ia tidak menyangka jika suara Briella di telepon bisa terdengar lebih seksi dari aslinya.
"H-hai, El. Ini aku, Ben."
"Hmmm? Mau apa kamu meneleponku?"
"Apa kamu sudah pulang?" tanya Ben yang berusaha menyembunyikan nada khawatirnya.
"Ya, aku baru saja tiba di rumah," jawab Briella ketus.