Jack mengetuk pintu itu dan dipersilakan untuk masuk. Tuan Raditya langsung menggebrak meja setelah melihat Jack yang datang ke ruangannya.
"Berani-beraninya kamu menemuiku!" seru sang bos yang tampak murka.
"Maafkan aku, Tuan. Aku tidak bermaksud untuk—"
Kata-katanya tercekat saat sang bos mendorong Jack ke tembok dan menekan tenggorokannya dengan lengannya. Lalu ia mencabut pisau yang berada di saku Jack dan mengarahkannya ke mata Jack.
"Tutup mulutmu! Kalau bukan karena Briella mengikutimu, cucuku itu tidak akan dalam bahaya. Aku tidak akan pernah memaafkanmu!"
Sesungguhnya, Jack sama sekali tidak takut mati. Jika memang ia harus mati malam ini juga, ia siap. Selama ini, hidupnya telah penuh dengan dosa. Tangannya telah ternodai darah orang lain yang tidak bersalah.
Jack yang telah menjalankan semua pekerjaan kotor tuannya. Dan karena kesalahannya, kali ini Jack harus menghadapi ajalnya di tangan sang tuan. Jack pun tidak akan protes.