Kaki ini terasa berat melangkah ke rumah Arini. Yah adik maduku. Saat ini anaknya meninggal. Jenazah sudah di kuburkan tadi pagi. sepi para takziah mungkin sudah pulang. Aku di sini ingin mengucapkan bela sungkawa tapi perasaan gugup mendera jiwaku.
"Assalamualaikum," sapaku grogi.
"Walaikum salam," Suara laki- laki di dalam. mungkin Ridho pikirku. Dugaanku benar Ridho keluar dari kamar. Ada mendung di wajahnya. Kehilangan seorang anak memang menyisakan luka tersendiri.
"Rania?" seru Ridho kaget tapi melihat aku datang ia menyunggingkan senyum. Entah apa di pikiranya hingga dia senyum- senyum begitu.
"Silakan masuk, Rania." Aku dan Kinanti melangkah masuk. Duduk di karpet, kami berdua menelan ludah. takut reaksi Arini.
"Turut belasungkawa Mas," ucapku sendu.
"Iya Rania, makasih. Aku udah ikhlas ko, mungkin itu yang terbaik buat Zidan Arrohman." Itu nama bayi Ridho yang meninggal.