Pov. dr. Hendi.
Aku mengusap wajah kasar ketika mendengar Lidya belum bisa menaklukan Aris.
"Untuk apa aku bayar dia? kalau belum bisa lakukan itu? Huuh dasar Lidya!" gerutuku dalam hati.
Aku mendengus napas kasar. Geram, emosi bercokol dalam hati. Juga setengah mati. Padahal cinta ini semakin bertumbuh di hati. Tapi ku lihat Kinara semakin bahagia hidupnya.
Aku menghela napas pelan memejamkan mata mengingat kebersamaan Kami setiap hari. biasa berinteraksi dengan bareng. Semakin hari ia semakin mempesona. Hati ini semakin terpaut padanya. Tapi ketika Lidya tak becus bekerja membuatku emosi.
Aku beri waktu satu bulan, kalau tak kembalikan uangku. Aku akan laporkan ke polisi sebagai tuduhan penggelapan uang. Padahal ingin sekali lihat Amara yang lucu. Tawanya, celotehnya. Mungkin saat ini ia semakin mengemaskan.