Kinara tak ingin beranjak dari tidur saat ini. Hatinya sangat merindukan suaminya. Hatinya remuk tak berkeping, Kinara terpuruk jiwanya melayang ke angkasa. Ia bahkan memejamkan mata berulang kali, apa dirinya masih hidup?
Kinara masih merasakan udara dingin di kamar ini. Bahkan suara Mama kandung dan Mama mertuanya masih terdengar jelas, tapi kini jiwanya seolah mati.
Saat membuka matanya. Kinara tak mengelengkan kepalanya. Kalau semua ini hanya mimpi.
"Sayang, kamu sudah sadar," kata Rania sendu. Kinara memejamkan matanya sebentar, hati sakit harus mengalami ini.
Kinara bangkit dan memeluk tubuh Mamanya.
"Ma, Mas Aris!" jerit Kinara histeris.
Rania memeluk tubuh Kinara erat. Perih hati mengetahui kabar ini. Suaminya tak tau di mana rimbanya.
Kalau meninggal di jasadnya?
"Sabar Kinara," kata Rania tak kalah sedih. Melihat Kinara terpuruk sedih membuat hati Kinara tersayat- sayat.