Albert menemui Clarys di rumahnya. Sejak kemaren nomernya tak bisa di hubungi, Clarys bak ilang di telan bumi.
"Selamat malam Tante," sapa Albert agak ragu. Ia juga memperhatikan raut wajah Mamanya. Apa marah? atau emosi? apa dirinya akan di maki- maki?
Tapi raut wajah Mamanya Clarys datar saja.
"Huuh, aman." batin Albert. Tapi sambutannya agak beda. Tak ada senyum di wajah wanita paruh baya itu. Malah terlihat dingin dan datar.
"Malam juga Albert, silakan duduk," balas Mama Clarys Masih kesal sama Albert yang menyukai Ira. Tapi biarlah tak ingin mencari ribut dengan Albert. Berharap Albert bisa mencintai Clarys sepenuh hati. Tak rela kalau Albert masih menyukai Ira. Menurutnya Albert sangat layak jadi mantu idaman. Ia tajir dan tampan.
"Clarys ada tante?" tanya Albert.
"Ada bentar, Tante panggilkan,"
"Iya Tante,"
Albert lalu duduk di sofa empuk ruang tamu.
Mama lalu mengetok pintu kamar Clarys.
Tok.. Tok..
"Clarys, ada Albert di bawah, "