"Hmmm, bisa aja lo muji gue. Gak ngena ke hati tahu. Hambar pujian lo." Hana pun kembali sibuk dengan handphone-nya setelah tersenyum dulu pada Arsya.
Arsya tertawa. Dia geli atas ucapan Hana barusan. Sambil geleng-geleng kepala, Arsya kembali menatap ke depan. Fokus menyetir.
Tapi Arsya masih sempat meladeni perkataan Hana.
"Iya, karena lo gak punya rasa ke gue. Coba kalau punya, pasti kalau gue muji lo. Lo akan terasa terbang ke awang-awang. Terus nyasar deh sampai ke Mars, bertemu Alien."
Hana pun ikut tertawa. "Apaan sih lo gak jelas banget, Sya."
"Kalau lo mau kejelasan … pintanya bukan sama gue. Tapi sama si Bram. Hahaha." Arsya masih senang meledek Hana. Dia selalu menikmati itu.
"Sya!" Hana membentak. Tapi dengan senyuman dan juga pukulan ke bahu Arsya.
Arsya tidak merasa bersalah sedikit pun. Dia masih menertawai Hana.
***
Di dapur umum, Intan menelepon sang adik. Dia sudah selesai bekerja.