Kata Arsya, agar Arsya dan Intan lebih nyaman. Tidak ada ketimpangan antar keduanya.
Intan tak tahu maksud Arsya arahnya ke mana. Intan hanya menganggap Arsya orang baik yang tidak membeda-bedakan kasta di antara mereka.
Setelah mobil masuk ke pekarangan rumah temannya Arsya itu, Intan dan Arsya pun ke luar dari mobil.
Intan segera menghampiri Arsya untuk mendampinginya berjalan masuk ke dalam rumah.
Sang supir tidak ikut masuk. Dia bertugas di luar. Mungkin, dia akan nongkrong di pos satpam yang ada di depan rumah besar ini.
Intan sudah tidak aneh dengan banyaknya kenalan Arsya.
Rata-rata, mereka orang kaya. Rumahnya besar-besar.
Dan melihat rumah ini pun, bukan hal yang aneh bagi Intan. Relasi orang kaya memang pastinya banyak bergumul dengan orang kaya juga.
Baru saja Intan dan Arsya menginjak teras rumah, si pemilik rumah sudah membukakan pintu.
"Hei, Arsya!" sapa si pemilik rumah. Dia perempuan.
Arsya tersenyum padanya. Keduanya saling berpelukan.