"Ya, Intan. Dia tahu. Mbak udah kasih tahu dia. Dan karena keputusan mbak ini, hubungan kami jadi renggang. Tapi … ya sudahlah. Mbak sendiri juga tahu, pastinya dia sakit hati karena mbak sudah ngekhianati dia. Mbak cuman berharap dia punya perempuan yang baru lagi biar sakit hatinya terobati. Mbak gak bisa maksain perasaan. Mbak emang sayang sama dia. Tapi … hati mbak lebih sayang pada calon suami mbak sekarang, Intan."
Intan kembali tersenyum. Getir. Intan jadi merasa kasihan pada pak Amiruddin yang sudah lama menunggu kesediaan Sarah untuk menjadi istrinya.
***
"Kayak seriu sekali," celetuk Intan pada Arsya yang saat ini tengah fokus memandang layar laptop di depannya.
Arsya tersenyum sambil menatap Intan sekilas.
"Iya, Intan. Beresin thesis. Tinggal edit-edit doang. Tapi harus diselesaikan hari ini juga," ucap Arsya.
