Semakin dibentak, Irwan pun juga semakin emosi pada sang ibu.
"Irwan gak bakal kayak gini kalau Mama enggak mulai, Ma. Mama yang udah mengawali ini semua. Jadi, Mama juga jangan salahkan Irwan kalau sampai detik ini … Irwan belum bisa nerima Rachel. Mama harus ngerti itu." Irwan pun berlalu pergi.
Dia naik ke lantai dua, pergi ke kamarnya.
"Irwan! Irwan, kamu gak sopan ya. Irwan, kamu harus balik lagi ke sini. Mama belum selesai bicara ya. Irwan!" Laura terus saja berteriak sangat keras.
Sampai-sampai, dia sudah merasa pita suaranya hampir copot.
Sementara itu, sang suami—Syahrir. Dia sedari tadi anteng membaca koran. Dan sangat acuh dengan perdebatan sang istri dan anaknya sendiri.
"Pa!" Laura membentak suaminya sendiri. "Papa kenapa sih, hem? Sebagai kepala rumah tangga, seharusnya Papa itu tegas dong. Bukan malah santai-santai begini. Giman sih Papa ini?" Laura sangat kesal.