Irwan memeluk Karin sambil mengelus-elus rambut Karin. Irwan ingin sekali menangis. Karin sudah seperti anaknya sendiri.
Sementara itu, Intan tidak bisa menahan lama-lama air matanya yang berdemo ingin terjun.
Intan pun pergi menuju kamar dan air matanya pun lolos juga. Tapi semua orang tidak bisa melihat air mata itu terjatuh sebab langkah Intan terlalu cepat. Intan pun sudah masuk ke dalam kamar dan mengurung diri di dalam.
***
Intan tak kunjung ingin menemui Irwan. Intan menangis terus di dalam kamar.
Sang Anak—Karin pun mencoba membujuknya, akan tetapi tetap saja tak bisa. Karin sampai sadar kalau ibunya dan orang yang Karin anggap sebagai calon papa—Irwan sedang ada masalah.
Kalau tidak ada masalah, mana mungkin Intan menangis tersedu-sedu di dalam kamar dan tak mau menemui Irwan? Karin pun bisa mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Walaupun pokok masalahnya Karin tidak dapat memahami.
Dan karena sudah malam, Irwan pun menyerah. Dia pamit untuk pulang.
