Kalau saja Intan punya kekuatan untuk bisa menghilang detik ini juga, pasti Intan sudah memakai kekuatannya itu.
Hanya saja, Intan tak punya kekuatan sehebat itu. Maka dari itu, Intan pun menghadapi pak Benny dengan keberanian.
"Maaf, Pak. Saya tidak bisa." Intan tersenyum seraya sedikit mengangguk.
"Kenapa, Intan? Kenapa tidak bisa? Saya traktir kamu loh. Dan biar hubungan kita sebagai atasan dan bawahan juga tambah dekat. Silaturahmi." Pak Benny beralasan.
Intan semakin jijik saja padanya. Memangnya Intan itu anak kecil yang dengan mudahnya bisa dirayu dengan kata-kata barusan? Intan pikir tidak. Intan jelas sangat tahu taktik dari seorang lelaki seperti pak Benny ini.
"Eu, eu, eu, eum anu, Pak." Intan kesulitan mencari alasan.
Dan tiba-tiba, tubuhnya disenggol oleh seseorang.
Itu adalah Budi. Budi adalah rekan kerja Intan di sini. Dia adalah lelaki Mekong yang baik.