Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Terakhir Bersamamu di Korea

Hosilla_Ac06
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.5k
Views
Synopsis
Hidup dalam lingkungan miloner selalu menuntut untuk menjadi sosok yang berwibawa dan sangat di segani, sehingga menjadikan sebuah toxic dalam hidup laki-laki keturunan itu. Dia Zero, Kim—putra sulung pemilik perusahaan ekspor-impor yang telah menetap di Indonesia. Mengenyam pendidikan di negeri ginseng membuatnya terkejut saat harus hidup di Indonesia yang notabene memiliki aturan yang berbeda. Sebelum meneruskan pendidikan S2 dia berjumpa dengan gadis desa—putri dari sepasang asisten rumah tangganya. Pertemuan pertama mereka tidak mendapatkan kesan baik. Sifat angkuh Zero membuat gadis itu hengkang dari sana. Jassie Aresta Kurniawan, dia enggan terus berdebat dengan putra majikannya. Baginya itu sangat membuatnya tak nyaman. Namun, Jassie dipertemukan kembali dengannya setelah 4 tahun berlalu dalam sebuah peristiwa konyol. Ia juga bertemu dua laki-laki tampan yang mendukungnya. Bagaimana rasa yang terbentuk dalam hatinya ketika 3 orang pria datang bersamaan? Akankah kisah cinta segi 4 tercipta atau perselingkuhan satu sama lain? Atau mungkin pertengkaran sengit?
VIEW MORE

Chapter 1 - Pertemuan yang tak terduga

Assalamualaikum, salam kenal ya. Aku ingin mencoba membuat cerita, semoga hasilnya bagus dan membuat kalian betah.

Bab 1 ~Pertemuan yang tak terduga~

Jantung terasa berhenti mendadak ketika melihat seorang laki-laki sedang tertawa dan berjalan sempoyongan tak jauh dari tempatnya berada. Dia lebih terkejut lagi saat memastikan siapa pria yang sedari tadi meracau dan kehilangan setengah kesadarannya.

Mata memerah dengan sorot redup, laki-laki yang semula masih berada jauh darinya berjalan terhuyung-huyung di atas tempat pejalan kaki. Ingin sekali menjauh, tapi sial sial—rasa tidak tega mendominasi batinnya.

Ia menggenggam tangan sendiri harap-harap cemas, sesekali juga dia membuang pandangan ke jalan raya. Namun, saat kembali melihatnnya lagi, justru pria itu lenyap.

"Kemana pria itu pergi?" buncahnya.

Jassie menjinjit melihat tempat pria itu berdiri. Lalu, dia beranikan diri keluar dari persembunyiannya di balik mobil yang sedang parkir sembarangan.

Ternyata laki-laki itu sudah tergelak di bahu jalan saat Jassie menghampirinya. Dia mengernyitkan dahi. "Hah, apa yang dia lakukan?"

Enggan melihat sandiwara bodoh, Jassie menariknya keluar dari jurang memalukan. Meski sudah mengerahkan seluruh tenaga, ia tidak berhasil. Tubuh laki-laki itu terlalu berat, jadilah ia tertarik jatuh.

Pria itu tersenyum bodoh sambil sesekali mengeluh sakit. Jarak yang begitu dekat membuat Jassie tersadar, lalu mendorong tubuh pria yang ditimpa. "KAU?!"

Jassie mengepal tangan dan berpaling darinya.

"Kenapa dia tidak pernah berubah, selalu merepotkan!" rutuknya kesal.

Melihat ada orang berjalan ke arahnya, dia segera memanggil untuk membantu laki-laki yang terjatuh itu.

"Maaf, apa bisa membantuku untuk membangunkannya?"

"Tentu saja."

Dua orang pria muda pun dengan sigap mengangkat tubuhnya dan memberikannya kepada Jassie.

"Terimakasih bantuannya." Jassie tersenyum ramah dan berubah sinis saat dia orang pemuda itu pergi.

"Cih, dia selalu angkuh, tapi sekarang ... dia seperti anjing liar. Pantas saja orang tuanya memberinya nama Zaero—nol."

Kini, dia justru kebingungan harus diapakan laki-laki yang bertumpu padanya. Dari fisiknya tidak memungkinkan untuk membiarkannya, apalagi hari yang sudah semakin larut.

"Hei, bawakan aku minum, aku haus!" racau Zaero seolah-olah sedang memerintah, diikuti tangannya yang menunjuk ke Jassie.

Dengan sigap Jassie menepis tangannya dan menariknya paksa. Baru berjalan beberapa langkah Jassie berhenti saat melihat sebuah mobil taksi lewat.

"Tolong, berhentilah!" teriaknya dengan keras. Akan sulit mendapatkan taksi di jam malam, lebih lagi menerima orang mabuk.

Keberuntungan berpihak kepadanya, mobil taksi itu berhenti. Kemudian, Jassie menghampirinya.

"Apa kau bisa mengantarkan dia ke rumahnya?"

"Tentu saja, nona. Ini pekerjaan saya."

"Ah, ya, kau benar." Jassie menoleh ke samping. "Dia sedang mabuk, antarkan dia ke Moon House!"

Mendengar kata terakhir sopir taksi tercengang. "Moon House?"

"Ya. Pasti kau mengetahuinya, hampir semua orang mengetahui tempat itu."

"Baiklah, asal kau juga ikut bersamanya. Saya tidak ingin menanggung akibat dari apa yang dia lakukan."

Mendengar persyaratan yang diberikan Jassie menghela napas panjang. "Haruskah aku ikut dengannya?"

...

Dalam perjalanan menuju Moon House, mereka hanya diselimuti oleh kabut sunyi. Ketiga orang dalam mobil di sibukkan dengan kegiatannya masing-masing. Jassie memainkan ponselnya, namun sesekali dia melirik Zaero yang terlelap.

'Apa kalian tahu besok akan ada seminar dari perusahaan yang terkenal itu?'

Sebuah pesan singkat muncul pada layar ponsel Jassie, ternyata itu dari pesan grup kampusnya.

'Ya, aku mengetahuinya. Dan, apa kalian tahu kalau yang akan memimpin seminar itu putra sulung pemilik J2 Group? ... ah, dia tampan sekali.'

'Adiknya juga tidak kalah tampan.'

Pesan lain muncul, mereka sangat memuji-muji putra pemilik perusahaan J2 Group yang bergerak di bidang ekspor impor. Bukan tanpa alasan, mereka terlahir dari darah Korea dan Jawa. Rata-rata postur tubuhnya memiliki indentik Lee Soo Yang—ayah mereka.

'Kalian seperti tidak pernah melihat laki-laki tampan saja.' Jassie menyematkan pesan dalam grup.

"Percuma memiliki wajah tampan, tapi kelakuan kayak setan, cih," cercanya sambil melirik Zaero.

Disela-sela Jassie meracau kesal—mobil taksi tiba-tiba bergerak tidak stabil. Dan, benar saja ... mobil taksi berhenti di tengah perjalanan.

Jassie melihat panik ke supir. "Ada apa? kenapa mobilnya berhenti?"

"Sepertinya mogok ... Saya akan memeriksanya!"

Supir taksi keluar untuk memeriksa mesin mobil. Sementara itu, Zaero masih belum menunjukkan tanda-tanda sadar. Dia tergeletak seperti tidak bernyawa di pojok kanan mobil.

"Astaga, sampai kapan dia tidak sadarkan diri?" keluh Jassie, lalu melihat ponselnya yang bergetar disertai dering.

'Jass, apa kau sudah menyiapkan dokumen tentang perusahaan J2 Group?' pesan pendek terkirim melalui sebuah aplikasi percakapan yang digunakannya.

'Aku belum sampai di rumah, aku mohon bantu aku menyiapkannya, ya?' balas Jassie.

"Maaf nona, sepertinya kau harus mencari taksi lain. Mesinnya sedang bermasalah, kemungkinan akan lama untuk memperbaikinya," ucap supir taksi dari luar mobil.

Jassie mematikan ponselnya dan memasukkan ke dalam tasnya. Kemudian, membuka pintu mobil. Ia bersandar pada pintu mobil yang telah tertutup, wajahnya menengadah memandang langit yang sedikit redup oleh awan.

"Aku harus mencari kendaraan di mana? kenapa dia menyusahkanku?"

Saat dia berupaya mencari jalan keluar, ponselnya kembali berdering akan tetapi bersuara lebih panjang. Segera jassie mengambilnya dan melihat siapa yang menghubunginya malam-malam.

"Noona?" lirihnya setelah melihat layar ponsel.

"Kenapa kau menghubungiku larut malam seperti ini?" tanya Jassie sesaat seusai menerima telepon.

"Tidak, aku hanya khawatir bagaimana kau akan menyelesaikan tugasmu. Tunggu! ada apa dengan suaramu, seperti sedang terjadi sesuatu?"

Noona curiga atas apa yang didengarnya, suara yang sedikit parau dan terdengar penuh penekanan.

"Tidak, aku baik-baik saja. Hanya ada sedikit masalah yang perlu diselesaikan," bohongnya.

"Hah, pasti kau berbohong. Katakan, apa aku harus mengirimkan bantuan?"

Terkaan yang selalu saja berhasil, dia seolah seperti peramal handal yang dapat mengetahui segalanya. Namun, Noona sangat mengenal Jassie, sudah hampir tiga tahun mereka berteman. Bahkan sebelum memasuki perguruan tinggi.

"Kau ... kenapa kau selalu mengetahui apa yang aku alami?" Jassie berhenti sesaat karena melihat ke arah supir taksi yang sibuk menangani mobil. "Aku terjebak di antara hutan belantara bersama pria gila, sialnya mobil taksi yang kutumpangi bermasalah."

"Kasihan sekali temanku ini," ucap Noona dengan nada meledek.

"Hei, jangan mengejekku!" teriak Jassie tidak terima.

"Baiklah, aku akan berhenti mengasihanimu ... ah, Ryeon sedang ada di luar. Aku akan menyuruhnya menjemputmu, Ok!"

"Ryeon? Ja—" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, telepon terputus sepihak. "Anak ini!" kesalnya sambil menggenggam erat ponselnya.

Ketika amarahnya masih memenuhi otaknya, justru terjadi sesuatu yang semakin membuatnya marah. Kaca mobil tiba-tiba terbuka dengan cepat dan menarik rambutnya hingga terjepit.

"Ahk!" pekiknya saat berusah melepaskan diri.

Namun, saat Jassie meringis sakit dari dalam mobil terdengar tawa yang sangat nyaring.

"ZAERO!"

...

"Hei, apa kau begitu suka dengan udara malam?" Zaero berpangku dagu di jendela mobil. Dia mengamati Jassie yang berdiri tak jauh dari mobil.

Jassie menyilang tangan dan mencibir laki-laki yang menyembulkan kepalanya di jendela mobil. Malas sekali memandang wajah lelaki yang telah menyusahkannya itu.

"Cih, dia tidak tahu diri. Bagaimana bisa dia berbicara seperti itu?"

Berselang menit, melintas sebuah mobil hitam. Samar-samar kaca mobil menayangkan pengemudi yang tampak menggunakan stelan pakaian hitam pula. Senada, tapi tak sama.

Mobil itu berhenti di depan mobil taksi. Tak lama, keluar seseorang dengan postur tubuh yang tinggi—yang terlihat melebihi tinggi mobil. Dia memiliki gaya rambut bowl cut—style ala idol Korea Selatan.

Jessie berjalan menghampirinya, netranya tak lepas memadang laki-laki itu. Sorot kagum dan jengah terlihat jelas di matanya. Sedikit garis senyuman manis pun menggelayut mesra di bibirnya.

"Kak Ryeon, apa itu kau?"

Bersambung ....