Chereads / Takdir dan Kebahagiaan / Chapter 62 - Awal Kehancuran 9

Chapter 62 - Awal Kehancuran 9

"Tolol!"

"Kamu harusnya ga usah masuk organisasi gak guna ini! Percuma! Mereka juga ga bisa nyelametin papi mami aku! Aku cuma punya kamu! Cuma kamu yang selalu ada buat aku! Jadi jangan kemana mana!" Teriakan yamg tulus, keluar dari lubuk hati rapuh seorang perempuan.

Air matanya bisa aku rasakan mulai membasahi dadaku. Ia memelukku erat, dan tak mau melepaskan kenangan yang tidak pernah terjadi. Aku hanya bisa pasrah ke dalam dekapannya. Kehangatan ini membuat aku nyaman, namun di saat yang sama. Aku sadar diri, bahwa diriku ini tak layak mendapatkan cinta dari siapa pun. Lulu layak mendapatkan laki laki yang lebih baik dari aku yang tak berguna ini.

"Hump! Udah! Lupain! Mau makan?" Lulu melepaskan pelukannya dariku, mengusap air matanya cepat, begitu pula cara ia mengganti topik pembicaraan.

Dengan mengambil sebuah mangkuk dari meja sebelah kanan ranjang ini. Berisi bubur hangat yang masih mengepulkan asap putih. Lulu menjepit ujung sendok plastik itu dan mengisinya dengan bubur. Bersiap menyuapi aku walau perasaannya yang kacau balau.

"Bilang Aaaaaa...," Lulu meluncurkan sendok itu ke dalam mulutku yang terbuka tipis.

Aku menerima suapannya dengan senang hati. Walau begitu, aku tidak menerima perasaan Lulu yang saat ini, itu membuatku merasa sakit. Aku tak bisa menerima cintanya, juga, aku tidak bisa mengembalikan kenangan yang telah aku hancurkan. Akan tetapi, Lulu merasa bahwa hanya diriku lah yang ia punya. Walau aku tak ingat sebagian besar kenangan kami berdua. Namun perasaan sakit di hati ini menjawab semuanya. Natsuki tidak bisa meninggalkan anak kecil itu sendirian.

"Nee..., Natsuki..., kenapa kamu masih peduli sama Elaine?"

Pertanyaan yang menyelingi sesuap bubur yang ia berikan. Aku tudak bisa memberikan jawaban. Sejujurnya, aku pun masih bingung, Natsuki, ini bukanlah tubuhku, aku hanyalah cangkang siput. Hanya mengikuti gerakan dari takdir, dan tidak bisa melakukan apa apa.

"Padahal aku selalu di sini...," Gumam Lulu kembali menundukkan pandangannya ke bawah.

"Lulu...," Aku melepas selang oksigen yang menempel di hidungku.

"Heh? Mau ngapain?" Wajah khawatirnya itu kembali memperhatikan ku.

"Kalau aku ga bisa jalan sampe pintu keluar...," Aku menggerakkan tubuh, menapakkan kedua kakiku ke lantai dingin di bawah ini.

"Aku bakal sama kamu terus hari ini!" Aku menegakkan badanku. Walau rasa sakit masih merajalela di seluruh bagian tubuh ini.

Langkah pertama dimulai dari kanan. Lulu meletakan mangkuk kembali ke meja, berlari memutari ranjang dan berhenti di sampingku.

"Natsuki!!! Kamu ini ngapain?!" Pekik Lulu yang berusaha membantuku menopang tubuh lemah ini.

"Sstt, udah biarin aku jalan...," Aku menepis tangannya dari kedua bahuku, dan berlanjut ke kaki kanan.

Bruak!!!

Namun ternyata memang, tubuhku ini masih tidak mempunyai motivasi untuk berjalan. Aku terdepak di lantai lalu diiringi amarah Lulu yang menyemprot ku.

"Shukurin! Bandel sih! Jatoh kan! Ayok sini bangun! Ga usa pecicilan gitu loh!" Ujarnya kesal membantuku naik dan duduk di pinggir kasur rumah sakit ini.

"Ehehe! Liat..., aku jatuh kan? Udah kamu boleh sama aku hari ini!" Aku terkekeh menerima hasil taruhan tak jelas yang aku buat barusan.

"Heh! Awas laen kali gitu lagi! Ku getok kamu ya!" Ancam Lulu melakukan simulasi memukul kepalaku perlahan.

"Hehehe! Iya iya!"