Hanantyo pun mengangguk dengan senyuman.
Jajaka Purwa bertanya, "ada apa, Dang?"
Dadang berbisik pada majikannya, lelaki yang umurnya hampir sama dengan Jajaka Purwa itu membeberkan informasi yang sudah dia terima dari Ucup dan Nanang.
"Begitu Juragan." Setelah selesai, dia pun menghindarkan mulutnya dari telinga Jajaka Purwa.
Dilihatnya raut wajah si Tuan Tanah berubah total. Kumisnya pun melejit lebih tinggi dari biasanya.
Panas yang cukup terik menambah emosinya semakin mendidih pula.
Tangannya mengepal, apa yang sudah didengarnya memang membuat Jajaka Purwa geram segeram-geramnya.
Dia harus buru-buru pulang untuk menyelesaikan semua itu.
Tapi karena saat ini ada rekan bisnisnya, Jajaka Purwa harus bisa memberi alasan yang tepat dan juga harus ada yang mendampingi Hanantyo di sini, selain Koswara. Ada yang lebih kompeten untuk menjadi tour guide-Nya.
"Kau pergi duluan Dang, nanti aku menyusul."
"Baik Juragan." Dadang pun pergi lebih dulu.