Keesokan harinya, Karina pun sudah diperbolehkan pulang. Semua itu karena Ken yang meminta agar sang istri di rawat di rumah saja.
Kini, keduanya sudah berada di kamar mereka. Ken, dengan begitu hati-hatinya meletakkan tubuh sang istri. Seolah Karina adalah seorang bayi yang begitu rapuh.
"Istirahatlah. Jangan coba-coba bekerja tanpa sepengetahuannku," peringatkan Ken.
"Baik," sahut Karina lirih.
"Bagus. Jadilah wanita yang penurut." Ken membelai pipi Karina pelan.
Ken sengaja mengatakan itu kepada Karina karena takut kalau Karina akan bekerja lembur. Cukup satu kali dirinya kecolongan. Ken tidak mau sampai terjadi apa-apa dengan sang istri. Apalagi mengingat istrinya itu tengah mengandung. Ken tidak mau dicap sebagai suami dan calon ayah yang tidak bertanggung jawab. Tidak. Ia bukanlah orang seperti itu.