Selepas seharian bergembira ria di luar, makan di luar, mengobrol banyak di luar, pasangan muda itu pulang dari pantai dengan wajah sumringah.
Kebahagiaan melekat kuat di wajah mereka saat hendak pulang. Bahkan, sepanjang jalan, Langit terus menerus secara dominan menggenggam tangan istrinya dengan erat. Padahal, lelaki itu harus menyetir juga.
"Ish, dipegang muluk. Emang aku bakal lari apa?" keluh Mentari sedikit kesal.
Langit terkekeh. "Iya dong. Siapa tau kamu nekat kabur bawa anakku, hancur nanti hidupku."
Mentari melirik Langit dengan senyum jenaka. Berlebihan sekali. Mana berani Mentari melakukan itu. Tapi dia senang dan malah ingin menggoda Langit lebih jauh. Salah satunya yakni dengan mencubit telapak tangan suaminya.
"Aw! Kok malah dicubit, Sayang?"
Mentari terkekeh. Rasanya menyenangkan juga mengganggu Langit. Momen yang mulanya tidak berani ia bayangkan itu sekarang sudah sah ia lakukan sesukanya.
"Hehehe. Biarin. Bawaan dedek tau," alibinya berbohong tentu saja.