Setelah mendebat anak dan istrinya yang begitu keras kepala, Ken langsung berlalu meninggalkan mereka dengan langkah-langkah peka nan tajam. Pikirannya dipenuhi oleh berbagai ketidak logisan yang mampu membuat Langit tergila-gila. Karina pun sama. Ia tak ada bosan-bosannya membela Mentari.
Kekakuan yang merambat dalam jiwa Ken sungguh memekakkan pikiran. Pria itu panas dingin penuh amarah memikirkan semua kemungkinan yang telah terjadi sampai Langit bertekuk lutut di bawah kaki Mentari. Ia tak rela, jujur ia sangat tak rela, wanita tanpa orang tua itu memikat hati anaknya.
Sampai kapanpun, Ken tak akan mampu menghapuskan kebenciannya kepada Adam ataupun istrinya. Kedua orang itu telah hampir mengancam keselamatan nyawa putrinya. Kendatipun Keyna ternyata masih bernyawa, tetap saja kebenciannya kepada darah daging Adam tetap menggema.
"Haish! Kenapa Karina malah ikut-ikutan setuju sih? Apa dia sudah lupa dengan kelakuan Adam kepada Keyna?"