Leo dan kawan-kawan akhirnya bisa masuk ke kamar dengan mendobrak pintunya. Mereka melihat Mr. Duck yang terkapar dan bersimbah darah.
Tidak perku menunggu waktu lama. Pelaku pembunuhannya menampakkan diri di depan Leo dan yang lainnya juga. Pelakunya hanya seorang gadis yang ketakutan dan di bawah tekanan. Terlihat ketika dia yang bergetar ketika memegang senjatanya.
Sementara itu Leo menjadikan Sky sebagai senjata untuk melumpuhkan gadis tersebut.
Pistonya terlepas dari tangan gadis itu. Leo dengan segera mengambil senjatanya dan dor … Gadis itu tersungkur dengan luka sayatan di leher dan tembakan di kepala.
"Jadi bagaimana kita memberitahukan kepada publik bahwa Mr. Duck telah terbunuh? Kemungkinan jika kita menunjukan wajah kita kepada semua orang, sudah pasti kita akan masuk ke jeruji besi untuk yang kedua kalianya," cemas Sky.
Panjang lebar Sky menggerutu seperti rel kereta api yang tidak ada habisnya. Dia merasa tekut jika akhirnya mereka yang menjadi tertuduh atas kematian Mr. Duck.
Bukan tidak mungkin, sebab mereka yang berada di dalam kamar tersebut. Publik mana tahu kronologi sesungguhnya. Mereka hanya akan percaya dengan apa yang mereka lihat.
"Hei, apa yang sedang kamu lakukan?" tegur Sky. Dia yang tengah mondar-mandir seperti setrika itu dibuat kesal dengan ulah Naga.
Naga yang sedang duduk pun menjadi sasaran terguran dari Sky.
Sejak awal Naga sudah terlihat mengeluarkan pisau bedah yang selalu ada di saku celananya. Sky memperhatikan Naga dengan seksama.
Naga menyayat kepala Mr. Duck. Dia memperlihatkan keahliahannya dalam hal membedah manusia. Layaknya dokter saat sedang melakukan operasi pembedahan.
Sky merasa takjub dengan salah satu bakat yang Naga miliki. Jika dirinya menjadi Naga, kemungkinan dia tidak akan kuat melihat isian kepala.
Ada otak, darah, dan lain-lainnya. Semuanya diperlihatkan kepada Sky. Naga melakukan hal tersebut, demi mengambil peluri yang menyasar di bagia kepalanya.
Naga mencari yang sesungguhnya ingin dirinya temukan. Setelah menjelajah isi otak, akhirnya Naga menemukan timah panah yang bersarang di bagian kirinya otak Mr. Duck.
Dikeluarkan peluru itu dengan menggunakan pinset. Setelah berada di luar, Naga memasukannya ke dalam kantung pelastik kecil yang biasa dipakai oleh polisi untuk menyimpan barang bukti.
"Bagaimana, apakah seluruh pelurunya sudah kau keluarkan?" tanya Leo dengan berdiri membelakangi Naga.
"Ini peluru-pelurunya. Total ada empat yang menyasar di tubuh Mr. Duck," kata Naga.
Kantung tersebut lalu dipegang Leo. Betapa masih segarnya darah yang menempel di peluru tersebut.
"Lalu, setelah ini. Apa yang harus kita perbuat dengan Mr. Duck yang hanya mayatnya saja?" ungkap Sky.
"Kita tetap bawa jasadtnya keluar kamar ini," singkap Leo cepat.
Tidak ada lilihan lain bagi mereka selain membawa keluar jasad Mr. Duck dan menunjukannya kepada publik.
Bukan tanpa sabab Leo mengambil keputusan itu. Ada pepatah yang mengatakan.
(Sepandai-Pandai Membungkus Yang Busuk Berbau Juga) perbuatan yang salah, meskipun dirahasiakan, lama-lama akan ketahuan juga.
Jadi biarpun Leo, Naga dan Sky seorang mafia terkenal dan ahli dalam situasi seperti ini. Mereka tetaplah bukan seorang pembunuh yang tidak berdosa.
"Kau benar. Aku setuju denganmu. Masalah nanti publik akan menerimanya atau tidak, itu urusan terakhir. Sekarang lebih baik kita bawa saja jasadnya ini keluar dari kamar," usul Naga.
Leo menerimanya dengan setiap perkataanNaga. Lain halnya dengan Sky yang selalu saja iri, meskipun Leoadalah sahabat terdekatnya.
"Leo memang selalu benar. Berbeda dengan diriku yang selalu payah dan ceroboh." Sky melontarkan pernyataan yang seakan-akan menyinggung Leo.
Meski tidak secara adu tinju, atau baku hantam, tetapi perkataannya itu membuat Leo naik pitam.
"Kau, ini. Sudah payah, tetapi tidak juga mau berusaha," hardik Leo yang terbawa emosi.
"Sudah kalian jangan banyak bertengkar. Tugasku bukan untuk memisahkan kalian saat bertarung. Tapi, tugas kita yang sebenarnya adalah membawa jasad Mr. Duck keluar dari kamar ini," tutur Naga
Bukan bermaksud Sky untuk mencari keributan. Menurutnya itu adalah fakta.
Leo juga seharusnya bisa menahan emosinya sekarang. Jangan asal mengejek, bisa-bisa itu akan menjadi boomerang yang akan menghancurkan diri sendiri. Terutama Sky yang seseorang yang mudah tersinggung.
"Baiklah. Kita segera membawa jasadnya keluar dan segera kita minta keluarganya untuk mengurus pemakamannya," tutup Leo melupakan pertikaian kecil tadi.
Ketiganya saling membagi tugas untuk ngepakuasi Mr. Duck. Naga bertugas memapah tubuh Mr. Duck. Sedangkaan Leo dan Sky merapikan isi kamar yang kacau balau.
"Aku yakin. Pembunuhnya masih berada di ruangan ini," pekiknya.
Leo merasakan bahwa ada orang lain yang berada di ruangan itu juga. Sekelebat bayangan hitam pun dirasakan oleh Leo.
Instingnya ini tidak pernah salah. Jika firasatnya memang benar, maka yang ada di balik lemari itu adalah pelakunya.
"Maksudmu?" tanya Sky Heran.
"Nanti saja. Sebaiknya kita segera pergi. Naga sudah pasti menunggu kita di sana," ujar Leo kembali.
Pekerjaan mereka tidak seutuhnya selesai. Bahkan mereka belum melakukan apa-apa, tetapi Leo mengajak Sky untuk pergi begitu saja meninggalkan pekerjaan dengan mudah.
"Tapi, Leo …."
"Tidak usah pakai tapi. Sekarang cepat ikut saja!" tariknya dengan memberi isyarat kepada Sky.
Leo mengajak temannya itu dengan terburu-buru. Sepertinya ada hal yang sedang Leo pikirkan. Sky menaruh curiga ke arah sana.
Sky dan Naga meninggalkan kamar dengan jasad gadis itu yang masih tergeletak di lantai kamar.
Tidak ada yang menyentuhnya apalagi berniat untuk menolongnya.
Sesudah Sky dan Leo pergi. Benar saja seseorang keluar dari dalam lemari. Tubuhnya kekar dengan lengan yang berotot besar.
Dia memakai pakai pakaian ketat berwarna hitam, yang membuat lekuk tubuhnya terlihat jelas.
Wajahnya tampan, sebab itu pasaran. Lalu, rahang pipinya sangat kecil dengan dagu yang runcing. Hidung mancung dengan sedikit lesung pipi yang terlihat meski dia tidak sedang tersenyum.
"Adik!"
Dia berlari dari sana menuju jasad gadis yang tadi tewas di tangan Leo.
Pria macho itu memangku gadis tersebut dan mendekapnya dengan kedua tangan.
"Aku akan membalas dendam kepada mereka yang sudah membuatmu seperti ini," kata dia serius.
"Aku bersumpah. Akan membunuh orang yang telah membuat adikku ini menderita. Itu janji kakak kepadamu," tutupnya.
Pria bertubuh kekar itu membopong jasad itu. Dia membawa pergi gadis itu dari ruangan tersebut.
Dia mengaku sebagai kakaknya, akan tetapi benarkah dia kerabat dari gadis tersebut?
Keluar ruangan, "Bersembunyi!" ajak Leo menarik Sky ke sudut lain.
Rupanya kedua pemuda itu masih berada didekat kamar. Keduanya tidak benar-benar pergi.
Leo dan Sky mencari tempat untuk bersembunyi. Sedangkan pria yang tadi keluar dan menampakkan wajahnya di depan Leo dan Sky.
"Leo."
"Diam!"
Leo membekap mulut Sky yang ingin mengeluarkan suara keras itu.
Pria tersebut merasakan ada seseorang yang sedang mengawasi dirinya. Namun, ketika dirinya melihat sekitar, tidak ditemukan siapa-siapa di sana.
Dia melangkah kembali. Leo dan Sky keluar dari tempat persembunyiannya yang bersembunyi di sudut dinding itu.
"Jadi ada orang lain selain gadis itu di dalam kamar?" ujar Sky terlebih dahulu.
"Aku yakin dia yang sudah membunuh Mr. Duck. Sebab gadis itu sebenarnya sama sekali tidak tahu bagaimana cara untuk menembak," beber Sky.
"Dari caranya memegang pistol, tentu terlihat jelas dia tidak bisa menggunakan pistol itu," pikirnya menambahkan.
"Tapi, sebenarnya siapa mereka? Alasan kenapa mereka membunuh Mr. Duck membuatku penasaran. Aku belum pernah melihat mereka sebelumnya. Apa benar mereka anggota organisasi Black Eyes?" tebak Leo.
Sky tidak tau menau masalah ini. Perihal organisasi Black Eyes pun dia baru mengetahuinya sekarang.
Penasaran?
JANGAN LUPA BACA BAB SELANJUTNYA!