Seperti biasa jalanan selalu ramai saat Biyan sudah pulang kerja, untuk kesekian kali mata Biyan menjelajah mencari punggung seseorang. Ini sudah hampir malam mungkin ia sudah pergi, apa yang Biyan harapkan melihat punggung tegap itu lagi. Biyan tersenyum ia menyukai punggung itu ketika menggendong anak kecil.
Hampir saja Biyan tersandung kaget dengan pikirannya barusan, bagaimana tidak punggung itu ada, duduk di kursi trotoar bersama anak-anak jalanan.
Biyan duduk di samping Dili, mengusik laki-laki itu untuk melihatnya. Dili balas melihatnya. "Aku hanya duduk, baru saja pulang. Jangan salah pemikiran."
Dili tersenyum remeh. "Aku tidak peduli."
"Kau mabuk lagi? Lihat matamu, merah." Biyan lekat melihat mata Diki tatapan keduanya bertemu sangat dekat sesaat melekat begitu dalam.
"Bukan urusanmu." Dili bangun hampir terjatuh, dengan sigap Biyan memapahnya.
Dili ingin menghindar namun merasakan tulus sikap Biyan, ia diam membiarkan wanita itu memapahnya.