Chereads / Cewe Matre Bertemu Duda kaya / Chapter 4 - Seperti Air dan Api

Chapter 4 - Seperti Air dan Api

Wajah Romeo saat ini sudah bisa Aurora terka, lelakinya itu pasti kembali tidak sepaham dengan Ayahnya. Aurora sedang ada di kelasnya setelah tadi Romeo pergi.

"Kau bawa mobil?" tanya Romeo pada Axel.

Axel mengeluarkan kunci dari sakunya. Langsung Romeo rampas, setelahnya tangan Aurora yang dirampas, namun hangat.

"Mobil aku pakai!" Setelah itu Romeo kembali berlalu dengan langkah besar. Kalau sudah begini Axel harus mencari tumpangan untuk pulang

Hanya Aurora yang mampu mendinginkan didihan emosi Romeo.

Aurora masih terus mencicit saat Romeo terus menariknya pergi dari kampus. "Aku masih ada kelas!" Tangan Aurora terus ditarik keluar dari kelas. Percuma, Aurora tahu dengan jelas sifat Romeo. Ia terus melangkah melewati mahasiswa lain. Aurora hanya bisa menunduk, ia akan sama seperti Romeo tidak ada yang berani menegur sekalipun sekelas dosen.

Pintu mobil dibuka Romeo membawa gadis itu masuk, lalu melajukan mobilnya masih dengan diam keluar dari halaman kampus. Penjaga gerbang sempat menyapa.

"Sudah mau pulang, Tuan muda?" tanya penjaga kampus itu. Namun Romeo hanya diam menunggu gerbang itu terbuka lebar

Aurora yang menjawab. "Iya, terima kasih," ujarnya. Penjaga sekolah hanya mengangguk.

Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi. Aurora terus memperhatikan kekasihnya itu dari samping. Dengan menyugar uraian rambut panjangnya Aurora berujar. "Kalo kaya gitu cara kamu bawa mobil, lebih baik turunkan aku di pinggir jalan! Aku belum siap mati sekarang sama kamu, ngga ada yang menjaga ayah dan ibu nanti!" Terdengar seperti ancaman. Lantas Aurora kembali bersandar dengan acuh.

Tidak berapa lama mobil itu mulai melambat seiring dengan wajah Romeo yang mulai tenang. Aurora menggenggam tangan Romeo yang ada di perseneling.

Romeo membalasnya menautkan sela jari di tengah jari Aurora lantas membawanya untuk dikecup. Emosinya yang tadi berarti sudah menurun dari angka sepuluh ke angka enam apalagi kalo diberkan sesuatu, Aurora yakin laki-laki ini pasti akan seperti kucing yang minta digaruk.

Rumah ini sepi hanya ada mereka berdua menonton film dengan camilan berukuran besar di pangkuan Aurora, sedangkan kepalanya bersandar pada Romeo. Kenapa harus ada adegan yang memancing keingin Romeo untuk mencium Aurora sekarang.

Romeo melihat bibir Aurora, ia maju sedangkan Aurora langsung bereaksi memasukan makanan kedalam mulut Romeo.

Romeo melihat Aurora datar, lantas kembali mendekatkan bibirnya. Aurora tertawa. "Kau mau apa? filmnya biasa saja jangan sibuk!"

Melihat Film makin memanas Aurora ingin mematikan. "Kenapa dimatikan? biarkan saja!" Romeo memancing Aurora dengan menyentuhnya di tempat sensitif, bersamaan dengan film yang berputar menampilkan kegiatan yang tidak jauh berbeda. Desahan lolos dari bibir Aurora. Dan Romeo menyeringai ia mengerti dengan jelas dimana harus menyentuh wanita di sampingnya ini.

"Kau sudah minum pil?" tanya Romeo.

Aurora mengangguk. Romeo melepaskan semua kain yang Aurora kenakan.

Suara televisi saling bersahutan dengan suara desahan Aurora, wanita itu menggeliat bermandi keringat di bawah tubuh Romeo. Masih di atas sofa ruang tamu. Aurora melihat pergulatan dalam layar lalu melihat dirinya bersama Romeo saat ini, semakin membuat panas tubuhnya naik. Aurora semakin mengeratkan tangannya pada kulit Romeo.

Sensasi luar biasa bagi Romeo melihat wanitanya menikmati setiap gerakan yang ia lakukan, menguasai di bawahnya. Sesaat ia terhenti merasakan Aurora sampai pada puncaknya berbeda dengan Romeo yang baru merasakan ini baru permulaan.

*

Selimut berwarna coklat itu menutupi kedua tubuh telanjang tidur di atas sofa, saling melekat sangat erat dengan Romeo ada di depan Aurora. Aurora sudah bangun kini melihat laki-laki yang dicintai dengan sepenuh jiwa.

Romeo mengetatkan pelukannya.

"Jangan mencari kesempatan!" kata Aurora menahan wajah Romeo yang kian mendekat tapi masih dengan mata tertutup.

"Kalo mencari kesempitan boleh?" Romeo malah semakin merapatkan tubuhnya sampai Aurora bisa merasakan sesuatu yang bergerak.

"Aku ada jam pagi ini!" Aurora memberontak ingin lepas dari tubuh panas Romeo.

"Sekali lagi boleh?" tawar Romeo lagi.

Hasrat keduanya kadang tidak bisa terkendali. Berkali-kali pun Aurora mencoba bertahan pada akhirnya berakhir sia-sia saat Romeo menginginkannya, Aurora akan kembali dalam gulungan gelora.

Terkadang Romeo pun melakukan hal yang sama ia berjanji akan menahan keinginannya untuk tidak memasuki Aurora. Tapi, pada akhirnya pertahanannya runtuh bahkan hanya melihat Aurora menyiram tanaman saja Romeo sudah bergairah.

Mungkin ini yang disebut kecanduan, tapi Romeo bukan bajingan yang masih berkeliaran dengan wanita lain dibelakang Aurora. Ia setia, untuk wanita itu.

Biarkanlah kedua muda-mudi ini mencari kepuasan sampai di mana, di sisi lain ada Axel mantan yang meninggalkan ia saat sekolah kembali ia lihat di lampu merah menunggu angkutan kota. Hati yang pernah ia berikan namun dihancurkan tanpa sisa.

Axel mengejar dengan mobilnya kemana angkutan kota itu pergi, sampai di gang kecil gadis itu turun melewati jalanan basah jejak hujan semalam. Gadis itu sepertinya pulang kerja terlihat dari pakaian yang ia kenakan, selama ini kemana saja? Membiarkan perasaan Axel. Serta meninggalkan tanya tanpa jawaban, kenapa ia pergi? Memutuskan hubungan tanpa sebab.

Gadis itu berhenti di deretan pemukiman padat lantas berhenti di salah satu rumah. Membuka sepatunya. Miya nama gadis itu, ia masuk dengan Axel yang masih terus mengintai. Tadi Axel sempat berpikir salah lihat, ternyata memang benar cinta pertama yang juga telah menghancurkan hatinya itu telah kembali.

Dengan egois ia ingin lari masuk ke sana lantas bertanya kenapa pergi tanpa pamit. Axel balik arah mungkin memang tidak seharusnya mereka bersama benar kata gadis itu dulu.

Axel kembali ke tempat latihan, ia merenung, Deren mengamati tidak biasanya manusia satu itu diam biasanya jika ia datang pasti akan ada yang dihancurkan sampai membuat bising.

"Romeo belum datang?" Deren baru saja selesai dengan mobil Romeo. Saat Axel bertanya.

"Kenapa?" tanya Romeo dari ruang dalam. Ternyata bajingan itu sudah ada sejak tadi hanya saja terus di dalam bersama Aurora.

"Aurora ikut? Ara, barusan aku melihat Miya. Kau tau dia ada di sini?" Belum melihat ada Aurora atau tidak, Axel sudah masuk tergesa-gesa lantas langsung masuk bertanya menimbulkan protes Romeo.

"Kau tidak bisa pelan-pelan?!" hardik Romeo. Tubuhnya digeser begitu saja oleh Axel.

"Sorry, aku buru-buru." Axel duduk di depan Aurora, membelakangi Romeo.

"Seperti itu kalau laki-laki sudah menjadi budak cinta wanita! Miris!" ujar Deren tanpa melihat. Ia tetap fokus pada mobil warna merah itu. Untuknya wanita hanya membawa masalah baru.

"Tidak perlu terlalu dekat!" kata Romeo.

Dan Axel dengan patuh mundur. "Astaga… kenapa aku bodoh, mengikuti apa maumu!" Axel melempar bungkusan bekas makanan pada Romeo.

Romeo tergelak, sedangkan Aurora mengulum senyum.