Chereads / Cewe Matre Bertemu Duda kaya / Chapter 7 - Pertemuan yang Tidak Sengaja

Chapter 7 - Pertemuan yang Tidak Sengaja

Malam itu semua tidur di rumah sakit, Romeo terbangun melihat Aurora kedinginan, ia menyelimuti dengan jaketnya. Kalau tidak ada kedua orang tua gadis itu. Romeo akan rela jadi selimut hidupnya saat ini. Pagi ini Romeo harus kembali setelah tadi berpamitan pada kedua orang tua Aurora, ia kembali menemui Axel dan Deren di kampus.

Sudah sampai di sana Romeo hanya tiduran di taman kampus di bawah pohon, sikunya menutupi mata sesaat ia terpejam. Sampai suara seorang wanita menyita perhatian mereka bertiga.

"Kau kemarin tidak masuk kelas lagi? Sekarang ikut aku, kita bimbingan!"

Decatan Axel membuat Romeo melihatnya, ia pikir suara wanita tadi bukan untuknya. Ternyata saat dilihat ia wanita itu yang katanya ingin dijodohkan dengannya, tidak menunggu lama tatapan tajam Romeo berikan pada gadis itu.

"Ikut denganku!" suara itu begitu tajam dan mengerikan.

Baru kali ini dua sahabatnya melihat Romeo semarah itu diganggu, memang ia paling tidak suka gangguan.

Ngomong-ngomong siap yang berani mengusik si penguasa kampus?

Di kursi taman belakang Varasya mengeluarkan semua buku yang Romeo butuhkan. Romeo jengkel sendiri melihatnya.

"Aku tidak berpikir kau sepolos itu! Jadi bimbingan ini cuma akal-akalan, agar kau bisa dekat denganku!" Romeo tertawa meremehkan sekaligus menghina seakan Varasya hanya wanita murahan pengais cinta.

"Aku di sini hanya membantu, mengulang pelajaran dan setiap hari harus melhat absenanmu di kelas. Kalo ada masalah selain pelajaran, kamu bisa bahas nanti."

Brak!!

Romeo melempar semua buku yang Varasya berikan padanya.

"Itu buku Romeo!" teriak Varasya dengan matanya yang melotot.

"Siapa bilang makanan. Kau dengar! perjodohan ini tidak akan pernah bisa terjadi! Aku akan menikah dengan Aurora setelah dia lulus!"

"Masalah itu bisa kamu katakan pada orang tua kamu, sekali lagi di sini aku hanya membantu kamu mengejar ketertinggalan."

"Brengsek! Baru kali ini aku bertemu perempuan yang tidak tahu malu seperti kau!"

Romeo berlalu meninggalkan rasa sakit juga hina pada Varasya, kita lihat siapa yang pada akhirnya akan kalah. Tidak hanya perjodohan yang akan Varasya dapatkan juga hatinya.

Varasya membereskan buku yang berserakan tadi, foto seorang laki-laki ikut terjatuh. Itu adalah foto mantan kekasih Varasya yang telah tiada karena kecelakaan. Ia kembali menyisipkan foto itu di antara lembaran buku.

Dua tahun yang lalu kekasih Varasya meninggal dan status keduanya yang belum banyak orang ketahui termasuk orang tuanya, bahwa Varasya sudah memiliki kekasih. Setelah hubungannya diketahui Varasya dan kekasihnya bertunangan. Tapi kecelakaan itu mengubah segalanya, Varasya seakan kehilangan setengah jiwanya sampai ia harus berkomunikasi dengan psikiater, dari sana orang tua Varasya memikirkan untuk mencari pengganti kekasihnya dan dulu saat kecil Varasya sangat dekat dengan Romeo.

Dari sana orang tua Varasya akhirnya mengusulkan untuk menjodohkan keduanya sekaligus mempersatukan perusahaan agar lebih besar. Awalnya Varasya menolak namun saat melihat Romeo di salah satu acara, hatinya seakan menemukan obat dari kehilangan yang dalam. Dari sana Varasya memutuskan pindah kuliah Ia pulang, lalu datang ke kampus yang sama di mana Romeo ada. Sempat melihat berkali-kali dengan Aurora. Sikapnya persis seperti kekasih Varasya dulu, namun dengan wanita berbeda. Varasya sempat emosional, namun kembali ingat Romeo bukan kekasihnya dulu. Egois memang tapi kehilangan untuk yang kedua kalinya Varasya tidak ingin!

"Siapa? Aku baru melihatnya?" Axel duduk melihat Romeo serius.

"Aku dijodohkan, sama dia. Kalian berdua jangan katakan pada Aurora! Dia tidak perlu tau karena aku pasti menolak."

"Kau yang tau keadaan. Aku hanya berpesan jangan membuat Aurora menangis! Kita sudah menyeret dia terlalu jauh, kalau sampai kau meninggalkannya, aku yakin dia tidak akan bisa hidup dengan baik." Ancam Axel. Ia adalah orang pertama yang akan merasa bersalah jika sampai Aurora tersakiti karena berkat tipu dayanya. Aurora mau menerima bajingan itu menjadi kekasihnya.

*

Seharusnya pagi tadi Aurora mendengarkan apa kata Romeo. Laki-laki itu paham otomotif dan dari kemarin ia sudah mendengar ada suara yang tidak beres dengan skuter matik Aurora. Tapi dasar wanita itu keras kepala. Dan Pagi yang cerah ini tidak secerah keadaan Aurora pagi ini, di jalanan kampus skuternya mogok.

Matahari sudah mulai mengintip dari balik dahan pohon, tidak lucu jika ia harus mendorong sampai parkiran dalam kampus. Seperti yang sudah-sudah mungkin dengan memukul-mukul skuter matik itu, mungkin bisa membuat kembali hidup. Tapi, sepertinya untuk kali ini tidak.

Apa waktunya ia harus minta bantuan Romeo, sekarang? Aurora menggeleng. Dengan tekad ia tidak boleh terlalu lemah. Aurora turun, mulai mendorong skuternya. Baru beberapa jarak meter, dari belakang mulai terdengar erangan mobil. Aurora memejamkan matanya bersiap menghadapi cemoohan atau pertanyaan yang menjurus pada penghinaan.

Mobil pertama lewat, tidak ada klakson, syukurlah ia tidak harus menunjukan senyum bahwa ia baik-baik saja dengan keadaan ini. Atau basa-basi mengatakan Romeo sedang ada latihan. Aurora melanjutkan mendorong skuternya dengan peluh mulai membanjiri dahinya.

Mobil kedua datang dan kali ini berhenti di sampingnya. Aurora juga harus berhenti, ia menyiapkan senyum lebar, saat pintu mobil terbuka.

"Kau mau nebeng denganku? tinggalkan saja dulu skuternya." Suara merdu tidak terdengar mencemooh seperti biasanya. Aurora sempat terpana akan kecantikan wanita itu yang masih asing ia lihat. Yah … meskipun tidak semua anak kampus ia kenal tapi rasanya wanita ini memang baru Aurora lihat. Aurora menegaskan pandanganya, ia tidak mengenalnya mungkinkah kelas lain? Tapi apa tidak aneh orang mengajaknya bersama tapi tidak saling mengenal.

"Aku Varasya, baru pindah sekitar satu bulan lalu." Varasya turun dari mobil putihnya. Langsung mengulurkan tangan.

"Aurora" Jabatan tangan Varasya. Aurora sambut dengan senyuman. Ternyata masih ada orang yang baik tanpa melihat dari kalangan mana Aurora. "Pantas, kau begitu asing bagiku."

Keduanya saling melemparkan senyuman.

"Aku antar," tawar lagi Varasya.

"Tidak usah, terima kasih paling sebentar lagi skuternya hidup," tolak Aurora tanpa mengurangi rasa hormatnya pada teman barunya ini.

"Ini masih terlalu jauh dari kampus, kau bisa telat. Lihat! Kau sudah berantakan seperti itu, yakin masih mau mendorong sampe kampus?" Varasya coba meyakinkan dan memandang kampus yang masih jauh di sana.

Sesaat Aurora berpikir. Melihat dirinya dengan keringat bercucuran, juga buku yang ia bawa begitu banyak. Dan akhirnya ia mengangguk. Varasya kembali naik ke dalam mobil diikuti Aurora setelah meminggirkan sekuternya, biasanya nanti Aurora bisa minta tolong tukang kebun kampus untuk dibawa ke bengkel atau Deren yang akan turun tangan. Karena Romeo tidak mungkin membiarkan wanita keras kepala itu kesulitan.

Aurora duduk di samping Varasya yang melajukan kendaraan. "Kapan-kapan kita jalan bareng? Aku belum punya temen banyak di sini," ujar Varasya tanpa melihat Aurora ia terus fokus pada jalanan. Varasya tahu Aurora baik jauh dari pergaulan anak muda lainnya.