Tepat matahari di atas kepala, rombongan Toro yang saat itu membawa Arini telah tiba di kota Jakarta. Arini saat itu hanya dijemput oleh Heri, tanpa Ardan. Toro pun ikut dalam mobil Heri untuk berjaga-jaga jika Arini kabur.
"Biar aku yang menyetir," ucap Toro sambil berlenggang masuk ke dalam mobil.
"Tapi Pak, kau pasti lelah karena perjalanan yang jauh," jawab Heri.
"Tidak, aku tidak lelah. Cepatlah duduk di kursi belakang! Jaga Nona Arini, jangan sampai dia kabur!" sahut Toro.
"Baiklah." Heri pun menurut saja, apa boleh buat jika Toro yang ngotot. Ia pun duduk di samping Arini yang saat itu wajahnya sangat pucat.
"Nona Arini kenapa Pak Toro?" tanya Heri.
"Dia mabuk perjalanan," jawab Toro singkat.
"Kok bisa, Pak Toro tidak memberinya obat dulu sebelum berangkat?"
"Gak sempet," jawab Toro seraya fokus pada jalanan.
Arini tak merespon perdebatan Toro dan Heri, tubuhnya sudah sangat lemas karena terlalu banyak mabuk di atas pesawat tadi.